Ilustrasi Tiangong-1 di orbit Bumi. Kredit: CNSA |
Badan antariksa Tiongkok mengatakan pada Kamis (29/3) waktu setempat, stasiun antariksa nirawak berbobot delapan ton itu akan kembali memasuki atmosfer antara Sabtu (31/3) hingga Senin (2/4). Sementara itu, Agensi Antariksa Eropa berkata lain, yakni Tiangong-1 kemungkinan akan jatuh antara Sabtu (31/3) tengah hari atau awal Minggu (1/4) waktu GMT.
Dilansir AFP, China Manned Space Engineering Office (CMSEO) mengatakan jatuhnya Tiangong-1 tidak perlu dikhawatirkan. Tiangong-1 dikatakan tidak akan menabrak Bumi dengan keras seperti dalam film fiksi ilmiah, melainkan akan berubah menjadi semacam peristiwa hujan meteor yang indah yang bergerak melintasi langit berbintang.
Tiangong-1 sendiri diluncurkan ke orbit rendah Bumi pada September 2011, dan sebenarnya telah dijadwalkan untuk masuk kembali ke Bumi secara terkontrol. Namun, nasib berkata lain, pihak Badan antariksa Tiongkok mengalami kegagalan komunikasi dengan Tiangong-1 terhitung pada Maret 2016, membuatnya tak terkendali lagi sejak saat itu.
Sebagai pengganti Tiangong-1, Tiongkok pun mengirim stasiun antariksa lain ke orbit, Tiangong-2, pada September 2016 dan berharap untuk menjadikannya sebagai stasiun antariksa yang bisa didatangi astronot untuk melakukan percobaan ilmiah mulai tahun 2022.
Kembali lagi ke Tiangong-1, CMSEO mengatakan kemungkinan seseorang akan terkena dampak jatuhnya stasiun antariksa ini adalah satu banding 700 juta, itupun hanya akan kejatuhan sisa potongan dari Tiangong-1 yang sudah berbobot 200 gram saja.
Apa penyebabnya? Selama proses masuk kembali ke atmosfer Bumi, atau yang dikenal sebagai re-entry, hambatan atmosfer akan mencabik-cabik Tiangong-1. Instrumen-instrumennya seperti antena, panel surya, dan komponen eksternal lainnya, akan terlepas dan terbakar hebat pada ketinggian sekitar 100 kilometer dari permukaan Bumi.
Panas dan gesekan yang meningkat akan menyebabkan struktur utama Tiangong-1 juga terbakar atau bahkan meledak di atmosfer. Hingga pada akhirnya, Tiangong-1 sudah tidak berbentuk pada ketinggian sekitar 80 kilometer dari permukaan Bumi.
Selanjutnya, pada ketinggian 60-70 kilometer, puing-puing Tiangong-1 akan mulai berubah menjadi "serangkaian bola api", yang mana orang-orang di permukaan Bumi bisa melihatnya sebagai "pertunjukan hujan meteor yang spektakuler".
Walau menurut pihak Tiongkok tidak berbahaya, ketika nantinya mencium permukaan Bumi, Tiangong-1 mungkin akan menyisakan tangki roketnya, yang cukup berbahaya bila disentuh. Jadi bila nanti tangki roket tersebut jatuh di daerah rumah Anda, cukup jepret saja untuk diunggah ke media sosial ya, biarkan pihak berwenang mengurusnya.
Anda bisa mengikuti perkembangan re-entry Tiangong-1 melalui situs web resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di sini.