Bintang-bintang. Kredit: Wikimedia Commons |
Space.com menjabarkan, kala hidup sebuah bintang bergantung pada massanya. Umumnya semakin masif sebuah bintang, semakin cepat ia melakukan fusi hidrogen, sehingga semakin pendek umurnya. Bintang paling masif bisa melakukan fusi hidrogen dan meledak dalam supernova hanya dalam beberapa juta tahun setelah ia terbentuk.
Di sisi lain, sebuah bintang dengan massa mirip Matahari dapat terus melakukan fusi hidrogen selama sekitar 10 miliar tahun. Lain lagi jika bintangnya sangat kecil, dengan massa hanya sepersepuluh dari massa Matahari, ia dapat melakukan fusi hidrogen hingga satu triliun tahun. Semakin kecil massa bintang, semakin panjang masa hidupnya.
Lalu, bagaimana bintang-bintang bisa mati? Dilansir Futurism, jawaban dari pertanyaan ini juga tergantung dari massa bintangnya. Misalnya, pada bintang yang sangat masif, ia akan dengan cepat menghabiskan hidrogennya sehingga ketika hidrogennya habis, ia akan meledak dalam supernova yang meruntuhkan intinya sendiri.
Yang tersisa dari ledakan bintang masif tersebut akan membentuk bintang neutron atau lubang hitam, bergantung pada seberapa besar massa yang tersisa. Jika sisa inti bintang masih mengandung antara 1,44 hingga 3 massa Matahari, maka akan membentuk bintang neutron.
Lain hal dengan bintang dengan massa mirip Matahari hingga 1,44 kali massa Matahari, mereka tidak meledak. Saat bintang dengan massa rendah ini kehabisan hidrogen, maka mereka akan membengkak menjadi bintang raksasa merah sebelum akhirnya melepaskan lapisan terluarnya, menciptakan apa yang disebut sebagai nebula planeter.
Nebula planeter Kasiopeia A. Kredit: NASA/CXC/MIT |
Kerdil putih juga tidak akan selamanya ada di alam semesta, sebab mereka pada akhirnya akan memudar menjadi kerdil hitam. Tapi sayang, belum ada kerdil hitam yang pernah diamati karena kerdil putih sendiri membutuhkan waktu yang lebih lama dari usia alam semesta untuk memudar.
Bahkan jika si kerdil putih adalah bagian dari sistem biner, maka ia mungkin bisa menghindari nasib untuk memudar. Sebab, bintang pendampingnya bisa menambahkan materi dengan berinteraksi dengan kedil putih. Sehingga alih-alih menjadi kerdil hitam, keril putih justru bisa meledak dalam supernova Tipe Ia, sehingga tidak ada sisanya lagi.
Bintang dengan kala hidup terlama di alam semesta adalah jenis bintang kerdil merah. Dengan massa kurang dari 0,4 massa Matahari, kerdil merah sangat lambat dalam melakukan fusi hidrogennya, sehingga mereka bisa hidup sampai 100 miliar tahun lamanya.