Ilustrasi lubang hitam. Kredit: Alain Riazuelo |
Biasanya, lubang hitam supermasif berada di inti galaksi masif, salah satunya galaksi Bimasakti. Namun, dalam penelitian ini, galaksi seperti Bimasakti bisa juga memiliki lubang hitam supermasif yang 'mengembara' bebas, jauh dari pusat galaksi.
Lubang hitam pengembara ini diperkirakan berada di daerah-daerah seperti jalur halo bintang, daerah yang mengelilingi bagian pusat galaksi yang terdiri atas bintang dan gas. Para astronom ini berteori bahwa, fenomena keberadaan lubang hitam pengembara ini sering terjadi sebagai hasil dari merger antargalaksi di alam semesta.
Ketika mengalami merger, sebuah galaksi yang lebih kecil akan bergabung dengan galaksi yang lebih besar, menempatkan lubang hitam supermasifnya ke orbit melebar mengelilingi galaksi yang lebih besar tadi.
Studi yang dipimpin oleh Dr. Michael Tremmel, seorang postdoctoral di Universitas Yale, melakukan penelitian ini dengan menggunakan simulasi kosmologi baru yang canggih, disebut Romulus, untuk memprediksi dinamika lubang hitam supermasif dalam galaksi dengan akurasi yang lebih baik daripada program simulasi sebelumnya.
Untungnya, menurut simulasi ini, lubang hitam supermasif yang berkeliaran akibat merger antargalaksi ini tidak akan membahayakan tata surya. Dr. Tremmel mengatakan, "Sangat tidak mungkin bahwa lubang hitam supermasif yang berkeliaran ini akan berjarak cukup dekat ke Matahari kita untuk menimbulkan dampak negatif."
Penelitian ini bukan tanpa bukti. Menurut jurnal penelitiannya, Dr. Tremmel dan rekan-rekannya juga menemukan beberapa sumber sinar-X kuat yang disinyalir berasal dari lubang hitam supermasif pengembara ini.
Walau begitu, karena lubang hitam supermasif pengembara berada jauh dari pusat galaksi, mereka mungkin tidak bisa melahap banyak gas dan debu antarbintang di sekitarnya.