Sebenarnya, menurut Scientific American, kala periode kehidupan sebuah bintang tergantung pada seberapa besar massa bintangnya. Sebagai contoh, Matahari kita, telah terbentuk selama hampir lima miliar tahun yang lalu dan masih memiliki cukup bahan bakar untuk terus menyala hingga lima miliar tahun lagi. Itu karena Matahari adalah bintang bermassa rendah.
Lain lagi dengan bintang yang massanya lebih besar dari Matahari. Kala hidupnya bisa lebih sebentar, bahkan hanya puluhan juta tahun saja.
Baca Juga: Mengenal Siklus Kehidupan Bintang
Nah, bintang-bintang termasuk Matahari ini bisa menyala akibat aktivitas yang dikenal sebagai fusi nuklir, yang mengubah empat atom hidrogen menjadi helium. Aktivitas ini terjadi di dalam inti bintang yang padat dan panas di mana suhu bisa setinggi 20 juta derajat Celsius!
Aktivitas fusi nuklir menghasilkan tekanan ke arah luar dari inti bintang. Tekanan keluar tersebut dilawan oleh gravitasi sang bintang yang menghasilkan tekanan ke arah dalam. Bintang masih terus hidup ketika kedua tekanan ini masih bekerja, yang dikenal sebagai kesetimbangan hidrostatik.
Namun, kesetimbangan hidrostatik tidak terjadi selamanya tuh, melainkan hanya akan terus bertahan sampai pada waktunya sebuah bintang kehabisan bahan bakar di mana tekanan ke luar (yang dihasilkan dari fusi nulir tadi) berkurang, sehingga tekanan ke dalam (dari gravitasi) akan menang.
Saat hal itu terjadi, ada dua hal yang akan dialami bintang. Menurut Ask an Astronomers dari Universitas Cornell, untuk bintang bermassa rendah seperti Matahari, ia akan runtuh, melepaskan lapisan terluarnya sebagai nebula planeter dan meninggalkan inti kecil bintangnya sebagai kerdil putih.
Lalu, untuk bintang yang memiliki massa di atas 8 kali massa Matahari, keruntuhan oleh gravitasi tersebut akan membuat bintang meledak dalam supernova, meninggalkan intinya sebagai bintang neutron. Terakhir, bila massanya 10 kali massa Matahari, bintang yang runtuh bisa menjadi lubang hitam.
Baca Juga: Mengenal Bintang Neutron, Bintang Paling Ekstrem Sejagad
Seperti yang sudah disinggung di atas, periode kehidupan bintang bergantung dengan massanya. Jadi, semakin besar massa sebuah bintang, semakin besar pengaruh gravitasinya. Dengan demikian, butuh semakin banyak hidrogen yang dibutuhkan untuk berfusi menjadi helium sehingga mampu menandingi tekanan ke dalam oleh gravitasi.
Itulah sebabnya bintang-bintang besar dan masif menggunakan bahan bakar mereka pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari pada bintang-bintang bermassa rendah seperti Matahari, sehingga rentang hidup mereka akan jauh lebih pendek.
Hal itu, seperti dikutip dari Universe Today, berpengaruh terhadap energi (luminositas) yang dipancarkan dari bintang. Semakin besar massa bintang, mereka akan menghasilkan luminositas yang jauh lebih besar pula.
Sebagai perbandingan, luminositas yang dipancarkan bintang seperti Matahari adalah sekitar 3,8 x 10^26 joule (angka 38 diikuti oleh 25 angka nol) per detik. Pada tingkat produksi luminositas sebesar itu, reaksi fusi nuklir di Matahari bisa berlangsung selama 10 miliar tahun. Namun, berbeda dengan bintang yang lebih masif, rentang hidupnya hanya bisa bertahan selama 10 juta tahun saja karena menghasilkan terlalu banyak luminositas.
Nah, itulah mengapa bintang bisa hidup sampai miliaran tahun. Semoga menambah wawasan ya~