Akses artikel Premium dengan Astronomi+, mulai berlangganan.

Saran pencarian

Seperti Apa Jadinya Matahari Kita Bila Nantinya Mati?

Semua bintang akan mati, termasuk Matahari kita, dalam sekitar 5 miliar tahun mendatang. Setelah hidrogennya habis, Matahari akan memasuki tahap akhir kehidupannya yang dramatis, mengembang menjadi bintang raksasa merah dan kemudian ambruk menjadi kerdil putih.
Ilustrasi nebula planeter. Kredt: T.A.Rector dan B.A.Wolpa
Info Astronomy - Semua bintang akan mati, termasuk Matahari kita, dalam sekitar 5 miliar tahun mendatang. Setelah hidrogennya habis, Matahari akan memasuki tahap akhir kehidupannya yang dramatis, mengembang menjadi bintang raksasa merah dan kemudian ambruk menjadi kerdil putih.

Tapi setelah kehidupan Matahari berakhir, seperti apa nanti wujudnya? Dari penelitian yang telah dilakukan, kini para astronom memiliki jawaban baru dari pertanyaan itu.

Panjang rentang hidup sebuah bintang, seperti yang kita tahu, tergantung pada ukurannya. Matahari kita adalah jenis bintang kerdil kuning dengan diameter sekitar 1,4 juta kilometer, atau sekitar 109 kali ukuran Bumi. Bintang kerdil kuning bisa hidup selama sekitar 10 miliar tahun. Dengan usia yang diperkirakan sudah mencapai 4,5 miliar tahun, itu artinya Matahari sudah di setengah masa hidupnya.

Setelah pasokan hidrogennya habis nanti, Matahari akan mulai mengonsumsi unsur-unsurnya yang lebih berat. Selama tahap tersebut, Matahari menjadi lebih bergejolak, sejumlah besar material dari Matahari akan terlontar ke angkasa ketika tubuh Matahari mengembang hingga 100 kali ukurannya saat ini.

Kemudian, ketika unsur-unsur yang lebih beratnya juga habis, Matahari yang bermassa rendah tidak akan meledak dalam supernova, melainkan hanya akan menyusut menjadi bintang kerdil putih kecil yang sangat padat, seukuran Bumi.

Kerdil putih yang dingin itu akan dikelilingi awan gas dan debu yang dimuntahkan Matahari ke ruang angkasa selama fase raksasa merahnya. Tapi, apakah awan gas dan debu ini akan terlihat jelas masih menjadi sebuah teka-teki.

Diperkirakan, 90 persen bintang yang mati pasti melontarkan awan debu dan gas, yang bisa bertahan selama ribuan tahun, tetapi model komputer yang sempat dilakukan beberapa dekade lalu menunjukan bahwa bintang perlu memiliki massa sekitar dua kali lipat dari Matahari kita untuk menghasilkan awan debu dan gas yang cukup terang untuk bisa terlihat jelas.

Namun, model komputer tersebut rupanya tidak sejalan dengan bukti yang ada di seluruh galaksi. Awan gas dan debu yang juga dikenal sebagai nebula ini juga bisa terlihat jelas pada bintang-bintang bermassa rendah, termasuk Matahari.

Menurut bukti dan perhitungan terbaru para astronom, setelah mengembang menjadi bintang raksasa merah dan aktif melontarkan debu dan gas ke ruang angkasa yang membentuk nebula, bintang-bintang bermassa rendah seperti Matahari akan memanas tiga kali lebih cepat. Pemanasan ini akan memungkinkan membuat bintang seperti Matahari menghasilkan nebula yang terang.

"Kami menemukan bahwa bintang dengan massa kurang dari 1,1 kali massa Matahari menghasilkan nebula yang lebih redup, tapi bintang-bintang yang lebih masif dari 3 kali massa Matahari menghasilkan nebula yang lebih terang," kata pempimpin studi ini, Albert Zijlstra, seorang profesor astrofisika di Universitas. Manchester, Inggris.

Penemuan ini dipublikasikan secara daring dalam jurnal Nature Astronomy.


Sumber: Phys, ScienceAlert.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com