Bentangan galaksi Bimasakti di Bromo. Kredit: Martin Marthadinata |
InfoAstronomy.org sering sekali ditandai dalam sebuah foto di Instagram, foto-foto ini kebanyakan foto-foto langit, yakni bentangan galaksi Bimasakti. Tapi, ada sebuah foto yang menarik: bentangan galaksi Bimasakti yang dipotret melalui kamera ponsel.
Karena penasaran, kami pun melakukan wawancara melalui surel kepada sang astrofotografer ponsel itu. Sebagai perkenalan, astrofotografer ini bernama Raga Adi Nurrohman.
Nah, berikut kutipan dari wawancara kami dengannya mengenai kamera ponsel untuk memotret bentangan galaksi Bimasakti di langit malam:
Pertanyaan: Kamera ponsel seperti apa yang menurutmu baik untuk memotret langit malam?
Jawaban: Kamera ponsel yang baik untuk fotografi langit malam tentu saja yang secara perangkat keras dan perangkat lunaknya mendukung. Kesampingkan dulu masalah seberapa besar resolusi kamera dan ukuran sensor.
Pertama-tama, pastikan terlebih dahulu aplikasi kamera bawaan pada ponselnya memiliki pengaturan yang lengkap untuk mengatur hal-hal seperti ISO, kecepatan rana (shutter speed/SS), fokus, dan keseimbangan putih (white balance/WB) secara manual. Empat konfigurasi ini wajib ada.
Bisanya empat konfigurasi ini ada di mode manual. Nah, untuk menangkap gambar atau jepretan bintang-bintang di langit malam, kecepatan rana dengan minimal 8 detik saja sudah cukup. Sedangkan untuk memotret bentangan Bimasakti, minimal 16 detik ke atas.
Jika ada fitur atau mode tambahan lain seperti bisa membuat foto star trail secara otomatis, maka itu jadi nilai plus tersendiri (contohnya bisa ditemukan di Nubia dinamakan mode lagu bintang, di Huawei dinamakan mode star trail).
Pertanyaan: Bagaimana pengaturan kamera ponsel bila ingin memotret bentangan galaksi Bimasakti?
Jawaban: Untuk pengaturan kamera ponsel, atau konfigurasi yang saya gunakan untuk memotret Bimasakti, sebenarnya value-nya bervariasi. Sebelumnya, perlu diketahui sedikit tentang segitiga eksposur yang terdiri dari aperture (besar bukaan lensa kamera), kecepatan rana (teknologi lamanya lensa kamera dapat menyerap cahaya), dan ISO.
Untuk aperture pada kamera ponsel, sayangnya sifatnya sudah "fixed" alias tidak dapat diutak-atik, seperti diperbesar mau pun diperkecil bukaannya. Dengan begitu, sebaiknya kita lanjut ke bahasan mengenai kecepatan rana dan ISO saja.
Rumusnya adalah:
Untuk kecepatan rana, semakin tinggi kecepatan rana, makin terang hasil foto. Tapi sebagai kompensasi, bintang-bintang pada hasil jepretan jadi mendapatkan efek trail (membentuk garis) karena efek gerak semu bintang di langit (yang terjadi karena rotasi Bumi).
Untuk ISO, semakin tinggi nilai ISO, makin terang hasil foto. Tapi sebagai kompensasi pula, kemunculan noise (bintik ungu) dalam hasil foto juga semakin banyak.
Sebagai contoh, bila saya memotret Bimasakti dengan konfigurasi SS 59 detik, ISO 800, fokus infinity (tak terbatas), dan WB auto. Maka artinya perlu waktu 59 detik untuk kamera ponsel saya untuk mengumpulkan cahaya dari kenampakan Bimasakti di langit.
Selama 59 detik itu, lensa kamera menyerap cahaya sebanyak-banyaknya, supaya citra Bimasakti semakin jelas terlihat. ISO 800 menunjukkan tingkat kecerahan di hasil foto nanti. Fokus infinity karena jarak Bumi ke pusat Bimasakti itu jauh sekali, jadi fokusnya harus tak terbatas. Sementara untuk WB saya atur ke "auto" supaya karakter warna foto yang dihasilkan mendekati sesuai yang kita lihat dengan mata.
Pertanyaan: Faktor-faktor apa saja yang menurutmu perlu diperhatikan sebelum memotret bentangan galaksi Bimasakti dengan kamera ponsel?
Jawaban: Pertama, wajib punya tripod. Ya, untuk memotret langit malam termasuk Bimasakti, kamera ponsel kita tidak boleh mendapat getaran sedikit pun ketika kamera dalam proses pengambilan gambar. Fungsi tripod di sini agar ponselmu stabil ketika memotret, karena memotret Bimasakti perlu kecepatan rana yang lama.
Kedua, kita harus benar-benar berada di lokasi yang sangat minim polusi cahaya, agar ketika memotret Bimasakti, kenampakannya dapat terpotret dengan jelas. Di perkotaan mungkin sulit, tapi bila daerah rumahm masih ada persawahan, atau ada di desa, dekat pantai, bukit, gunung, dan tempat-tempat lain yang dirasa sangat gelap (jauh dari polusi cahaya perkotaan), maka mulailah memotret.
Ketiga, pastikan kita tahu jadwal terbit dan terbenamnya bentangan galaksi Bimasakti di langit malam. Bisa menggunakan aplikasi peta langit untuk membantumu menentukan kapan waktu yang tepat untuk memotret Bimasakti. Saya biasanya menggunakan aplikasi Stellarium untuk Android.
Pertanyaan: Bila kamera ponsel tidak mumpuni, apa kiat-kiat darimu?
Jawaban: Kembali ke bahasan nomor 1, sebuah kamera ponsel harus punya pengaturan SS, ISO, dan fokus secara manual. Jika tidak ada, maka sayang sekali kamera ponsel kamu tidak dapat digunakan untuk astrofotografi. Solusinya jelas adalah dengan menabung dan membeli gear yang lebih mendukung hobi memotret Bimasakti ini.
Nah, bagaimana? Sedikit tercerahkan, kan, mengenai seluk-beluk astrofotografi langit malam dengan kamera ponsel? Untukmu yang penasaran bagaimana hasil jepretan Raga dengan kamera ponsel, inilah salah satunya:
Bimasakti lewat Xiaomi di Balikpapan. Kredit: Raga Adi Nurrohman |