Meteor. Kredit: Wally Pacholka |
Di luar angkasa sana, ada begitu banyak batuan yang mengambang bebas mengitari Matahari. Batu-batuan ini merupakan sisa-sisa cakram akresi yang terbentuk ketika Matahari baru lahir miliaran tahun lalu. Beberapa cakram akresi membentuk planet, dan sisanya tidak.
Sisa-sisa ini dikenal sebagai asteroid. Sebagian besar asteroid di tata surya kita dapat ditemukan di sabuk asteroid utama, wilayah yang berada di antara orbit Mars dan Jupiter. Tapi tak hanya di sana, asteroid-asteroid ini juga bisa nongkrong di lokasi lain di tata surya, dan bahkan ada yang di dekat Bumi atau jalur orbitnya berpotongan dengan orbit Bumi.
Karena jumlah asteroid begitu banyak, terkadang antara asteroid satu dengan asteroid lainnya dapat bertabrakan. Nah, tabrakan antarasteroid itu bisa menyebabkan mereka berhamburan menjadi potongan-potongan kecil. Potongan-potongan kecil itu bukan lagi disebut asteroid, tetapi disebut meteoroid.
Meteoroid. Kredit: Space Place NASA |
Meteor akan tampak "terbakar" atau menyala saat memasuki atmosfer. Hal itu disebabkan karena, ketika memasuki atmosfer Bumi, meteoroid akan bergerak dari ruang hampa udara (luar angkasa) ke ruang berudara (atmosfer Bumi).
Sebuah meteoroid yang bergerak di luar angkasa biasanya bisa kecepatan mencapai puluhan ribu kilometer per jam. Ketika meteoroid menghantam atmosfer, udara atmosfer di depannya akan mengompresi dirinya dengan sangat cepat. Hal itu akan membuat suhunya naik. Meteor memanas sehingga ia akan bersinar.
Udara pada atmosfer akan membakar meteor sampai tidak tersisa lagi. Meteor yang berukuran kecil tersebut akan terkikis habis sebelum bisa mencapai permukaan Bumi. Tapi, lain cerita bila yang masuk ke atmosfer Bumi adalah asteroid, bukan meteoroid. Maka mungkin masih menyisakan bongkahan kecil yang sampai mencium permukaan Bumi.
Meteor sendiri tidak lebih dari sebuah debu dan es yang padat. Ketika meteor mencapai permukaan Bumi, ia akan disebut sebagai meteorit. Sebuah meteorid bisa "berbatu", yang terdiri dari mineral yang kaya akan silikon dan oksigen, atau "besi", terdiri dari besi dan nikel.
Nah, itulah sedikit penjelasan mengapa meteor bisa terbakar atau menyala di atmosfer. Meteor tidak berbahaya selagi mereka berukuran kecil. Untungnya, dalam setidaknya 100 tahun ke depan, tidak ada asteroid yang berpotensi memasuki atmosfer Bumi. Kita (((masih))) aman.
Sumber: How Stuff Works Science, NASA, Telegraph.