Bulan. Kredit: Wikimedia Commons |
Ketika membahas jarak dari Bumi ke Bulan, maka diketahui jarak rata-ratanya adalah 386.000an kilometer. Tapi pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana para astronom mendapatkan angka itu? Dan seberapa tepatnya angka itu sebenarnya?
Jawabannya, jarak tersebut cukup presisi. Untuk mengukur jarak Bumi ke Bulan, para astronom sudah bisa menggunakan laser. Pada misi Apollo, astronot membawa semacam cermin dan meninggalkannya di permukaan Bulan. Laser bisa ditembakkan dari Bumi untuk diarahkan ke cermin itu, untuk nantinya dihitung seberapa lama laser bergerak dari Bumi ke Bulan.
Hasilnya, cahaya laser hanya butuh 1,4 detik untuk bergerak dari Bumi ke Bulan. Itu artinya, jarak Bumi-Bulan adalah 1,4 detik cahaya, atau sekitar 386.242 kilometer. Jarak ini sendiri tidak tetap karena Bulan mengelilingi Bumi dalam orbit elips, sehingga bisa lebih dekat atau lebih jauh.
Tapi, setidaknya masih ada beberapa cara untuk dapat mengukur jarak Bumi ke Bulan yang tidak memerlukan laser atau instrumen apa pun. Yang kamu butuhkan hanyalah sepasang mata yang meneduhkan itu, langit yang cerah, dan seseorang yang bersedia berdiri di luar sepanjang malam bersamamu.
Lho, lho, kenapa butuh seseorang??? Simak dulu deh~
Ada dua cara untuk mengukur jarak dari Bumi ke Bulan: memanfaatkan peristiwa gerhana Bulan dan menggunakan paralaks. Mari kita bahas gerhana terlebih dahulu.
Gerhana Bulan Total. Kredit: Shutterstock |
Hemm, bagaimana cara kerja metode ini? Rupanya sederhana saja. Bumi yang melintas di antara Matahari dan Bulan akan menghalangi cahaya Matahari yang diterima Bulan, membentuk bayangan pada permukaan Bulan. Nah, metode ini adalah mencari tahu seberapa lama waktu untuk bayangan Bumi bisa menyeberangi Bulan.
Diketahui, Bulan mengelilingi Bumi dengan kecepatan konstan, sekitar 29 hari per satu revolusi. Diameter Bumi juga sudah dipahami dengan baik, yakni sekitar 12.875 kilometer. Dengan melacak pergerakan bayangan Bumi di Bulan, para astronom Yunani Kuno menemukan bahwa bayangan Bumi kira-kira 2,5 kali lipat dari ukuran diameter Bulan, dan gerhana Bulan berlangsung kira-kira tiga jam.
Dari pengukuran ini, salah satu astronom Yunani Kuno kala itu, Aristarchus (circa 270 SM), dapat menentukan bahwa radius Bulan adalah sekitar 60 radius Bumi (sekitar 386.243 kilometer). Perhitungan tersebut cukup akurat dengan yang diketahui saat ini: 60,3 radius Bumi.
Paralaks Bulan. Kredit: Wikimedia Commons |
Biar lebih sederhana, coba acungkan jari jempolmu di depan wajahmu, lalu amati jempol itu dengan mata kananmu dengan mata kiri yang ditutup. Beberapa saat kemudian, buka mata kiri dan tutup mata kanan. Nantinya, kamu akan melihat posisi jempol berpindah-pindah, itulah paralaks.
Hal yang sama dapat dilihat pada skala raksasa. Dua pengamat di belahan dunia berbeda (setidaknya terpisah sejauh 3.200 kilometer) bisa melihat posisi Bulan yang berbeda pula. Perhatikan gambar paralaks Bulan di atas.
Untuk mengetahui jarak Bulan dari Bumi dengan metode ini, kamu butuh seseorang yang berdiri terpisah sejauh 3.200 kilometer. Selanjutnya, masing-masing dari mengambil gambar Bulan di langit pada waktu yang sama. Bandingkan hasil jepretanmu dengan temanmu, kamu akan menemukan bahwa Bulan akan berada di tempat yang berbeda, tetapi bintang latar belakang akan berada di tempat yang sama.
Kamu, temanmu, dan Bulan membentuk sudut segitiga. Dengan jarak antara kamu dan temanmu sudah diketahui, dan kamu bisa menemukan sudut titik Bulan dalam segitiga ini, dengan rumus trigonometri sederhana kamu sudah bisa menemukan jarak ke Bulan.
Nah, itulah beberapa cara untuk mengukur jarak Bumi ke Bulan. Selamat bereksperimen!