Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

409 Tahun Penemuan 4 Satelit Galilea

Pada Januari 409 tahun yang lalu, empat bulan terbesar yang mengelilingi Jupiter, yang dikenal sebagai satelit Galilea, berhasil ditemukan oleh Galileo Galilei. Bagaimana kisahnya?
Info Astronomy - Pada Januari 409 tahun yang lalu, empat bulan terbesar yang mengelilingi Jupiter, yang dikenal sebagai satelit Galilea, berhasil ditemukan oleh Galileo Galilei. Bagaimana kisahnya?

Galileo pertama kali mengamati bulan-bulan Jupiter pada 7 Januari 1610 melalui teleskop buatan sendiri. Ia awalnya mengira sedang melihat tiga bintang terang di dekat Jupiter, tetapi berjejeran dalam garis yang lurus melingkari sang planet raksasa gas.

Malam berikutnya, "bintang-bintang" terang tadi tampak bergerak ke arah yang salah, yang tidak sama dengan bintang-bintang sejati lainnya di langit. Hal itu pun menarik perhatian Galileo. Lantas, Galileo memutuskan untuk terus mengamati "bintang-bintang" dan Jupiter selama seminggu berikutnya.

Hingga pada tanggal 11 Januari 1610, "bintang" keempat (yang kemudian dinamai Ganimede) muncul. Rasa penasaran Galileo memuncak. Setelah satu minggu penuh mengamati, Galileo menyadari bahwa keempat "bintang" di dekat Jupiter tersebut tidak pernah meninggalkan daerah sekitar Jupiter, yang mana tampaknya para "bintang" itu bergerak bersama dengan si planet.

Akhirnya, Galileo menentukan bahwa apa yang ia amati bukanlah bintang, tetapi benda-benda berbatu yang mengorbit di sekitar Jupiter. Ini adalah pertama kalinya planet di tata surya ditemukan memiliki bulan yang mendampinginya.

Penemuan tersebut pun lantas memberikan bukti yang mendukung teori Copernicus yang menunjukkan bahwa semua hal di alam semesta tidak berputar mengelilingi Bumi, melainkan Bumi lah yang berputar mengelilingi Matahari.

Galileo awalnya menyebut bulan-bulan Jupiter temuannya sebagai "planet-planet Medicean", nama yang diambil dari nama keluarga Medici, dan menyebut masing-masing bulan tersebut secara numerik sebagai Jupiter I, Jupiter II, Jupiter III, dan Jupiter IV.

Sistem penamaan Galileo tersebut pun digunakan selama beberapa abad. Tetapi, barulah pada pertengahan tahun 1800-an, nama-nama satelit Galilea diubah menjadi: Io, Europa, Ganimede, dan Kalisto.

Empat satelit Galilea tersebut menjadi kontribusi paling signifikan yang dibuat Galileo untuk ilmu pengetahuan modern. Saat ini, diketahui keempatnya merupakan bulan-bulan yang aktif.

Mengenal Io
Io merupakan satelit Galilea yang terdekat dari Jupiter bila dibandingkan dengan tiga lainnya. Io juga merupakan bulan terbesar keempat, memiliki kepadatan tertinggi, dan memiliki jumlah air paling sedikit dari seluruh objek langit yang dikenal di tata surya kita.

Dengan lebih dari 400 gunung berapi aktif di permukaannya, Io adalah objek langit paling aktif secara geologis di tata surya. Aktivitas geologis yang ekstrem ini adalah hasil dari pemanasan pasang-surut dari gesekan yang dihasilkan dalam interior Io ketika berinteraksi dengan Jupiter dan satelit-satelit Galilea.

Beberapa gunung berapi di Io menghasilkan erupsi belerang dan sulfur dioksida yang bisa naik setinggi 500 km di atas permukaan. Permukaan Io juga dihiasi dengan lebih dari 100 gunung yang telah terangkat oleh kompresi ekstensif di dasar kerak silikat Io.

Menariknya, beberapa gunung berapi di Io memiliki puncak yang lebih tinggi daripada Gunung Everest di Bumi. Tetapi, tidak seperti kebanyakan satelit di tata surya, yang sebagian besar terdiri dari es, Io terutama terdiri dari batuan silikat yang mengelilingi besi cair atau inti besi-sulfida.

Mengenal Europa
Europa merupakan yang terkecil dari empat satelit Galilea, dan terdekat keenam dari Jupiter. Europa juga merupakan bulan terbesar keenam di tata surya.

Berukuran sedikit lebih kecil dari Bulan milik Bumi, Europa terutama terdiri dari batu silikat dan memiliki kerak air es dan mungkin inti besi-nikel. Memiliki atmosfer yang sangat tipis yang terdiri dari oksigen, permukaannya tampak memiliki banyak retakan dan goresan, dengan jumlah kawah yang relatif sedikit.

Europa memiliki permukaan paling halus daripada objek-objek berbatu lainnya yang dikenal di tata surya. Kehalusan permukaannya ini telah mengarah pada hipotesis bahwa ada samudra air di bawah keraknya, yang mungkin saja bisa menjadi rumah untuk kehidupan asing luar Bumi.

Studi-studi terhadapnya sejauh ini menunjukkan bahwa panas dari interaksi gravitasi dengan Jupiter dan tiga satelit Galilea lainnya menyebabkan lautan di bawah kerak Europa bisa tetap cair dan mendorong gerakan es yang mirip dengan lempeng tektonik, menyerap bahan kimia dari permukaan ke laut di bawahnya. Europa dinilai laik huni.

Mengenal Ganimede
Ganimede merupakan bulan terbesar dan paling masif milik Jupiter dan di tata surya. Ia bahkan merupakan objek terbesar kesembilan di tata surya. Dengan diameter 5.268 km, Ganimede 8% lebih besar daripada planet Merkurius, meskipun hanya 45% lebih masif.

Memiliki inti logam, hal itu membuat Ganimede memiliki momen faktor inersia terendah dari setiap objek padat di tata surya, dan merupakan satu-satunya bulan yang diketahui memiliki medan magnet.

Ganimede terbentuk dari batu silikat dan air es. Ia diperkirakan memiliki lautan internal di bawah permukaannya yang mungkin mengandung lebih banyak air daripada gabungan semua air di Bumi.

Permukaannya terdiri dari dua jenis medan utama. Wilayah-wilayah gelap, yang dipenuhi dengan kawah-kawah tumbukan yang berumur miliaran tahun, mencakup sekitar sepertiga dari permukaan Ganimede. Sementara sisanya merupakan wilayah yang lebih terang, yang merupakan perbukitan luas di Ganimede.


Oh iya, medan magnet pada Ganimede diketahui terbentuk oleh adanya proses konveksi di dalam inti logamnya.

Mengenal Kalisto
Kalisto merupakan bulan terbesar kedua Jupiter setelah Ganimede. Ia juga merupakan bulan terbesar ketiga di tata surya setelah Ganimede dan bulan terbesar milik Saturnus, Titan.

Menurut pengamatan yang dilakukan wahana antariksa Voyager, Kalisto mengalami penguncian gravitasi dalam orbitnya mengitari Jupiter, sehingga hanya satu sisinya saja yang selalu menghadap ke arah Jupiter, mirip seperti yang terjadi pada Bulan.

Berbeda dengan tiga satelit Galiela lainnya, Kalisto kurang terpengaruh oleh magnetosfer Jupiter karena orbitnya yang lebih jauh, yang terletak tepat di luar sabuk radiasi utama Jupiter. Untuk komposisinya, Kalisto terdiri dari batuan dan es, dengan kepadatan sekitar 1,83 g/cm^3, yang merupakan kepadatan terendah dibandingkan dengan satelit Galilea lainnya.

Dari investigasi yang sempat dilakukan dengan wahana antariksa Galileo mengungkapkan bahwa Kalisto kemungkinan memiliki inti yang terdiri dari silikat, dan mungkin memiliki samudra air dalam bentuk cair di bawah permukaannya yang memiliki kedalaman lebih dari 100 km.

Nah, itulah sedikit kisah bagaimana Galileo menemukan keempat satelit Galilea serta informasi menariknya. Semoga bisa menambah wawasanmu~


Foto: Wikimedia Commons/NASA
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com