Info Astronomy - Pluto, yang dulu dikategorikan sebagai planet kesembilan, ditemukan di Observatorium Lowell yang terletak di Flagstaff, Arizona, oleh astronom Clyde W. Tombaugh hari ini 89 tahun yang lalu. Mari menilik sejarah penemuannya.
Kala itu, sekitar tahun 1920-an awal, manusia hanya mengetahui ada delapan planet utama di tata surya, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Namun, seorang astronom bernama Percival Lowell berpendapat bahwa ada satu planet lagi di luar orbit Neptunus, planet kesembilan.
Percival Lowell berteori bahwa goyangan yang terjadi pada orbit Uranus dan Neptunus disebabkan oleh tarikan gravitasi dari sebuah planet yang tidak diketahui. Lowell menghitung perkiraan lokasi planet kesembilan yang dihipotesiskan tersebut. Namun, pencariannya selama lebih dari satu dekade berujung tanpa hasil.
Barulah pada tahun 1929, menggunakan perhitungan Percival Lowell, pencarian sang planet kesembilan dilanjutkan di Observatorium Lowell di Arizona. Dan tepat pada 18 Februari 1930, Tombaugh menemukan planet kecil baru di tepian tata surya.
Temuan Tombaugh lantas diumumkan ke komunitas astronom untuk dikonfirmasi oleh para astronom lain, dan pada 13 Maret 1930, di mana merupakan hari ulang tahun Percival Lowell yang juga hari penemuan planet Uranus oleh astronom Sir William Hershel, penemuan planet kesembilan pun diumumkan secara terbuka.
Penemuan planet kesembilan kala itu menyebar luar ke seluruh dunia. Observatoritum Lowell bahkan menerima ratusan usulan nama untuk planet kesembilan tersebut. Usulan nama-nama seperti Zeus, Percival, dan Constance sempat mencuat, namun Tombaugh menolaknya.
Nama Pluto pun akhirnya dipilih, sebuah nama yang diambil dari nama dewa dunia bawah, diusulkan oleh Venetia Burney (1918–2009), seorang pelajar berusia 11 tahun asal Oxford, Inggris, yang tertarik dengan mitologi klasik.
Burney mengusulkan nama ini saat sedang ngobrol dengan kakeknya, Falconer Madan, mantan pustakawan di Bodleian Library, Universitas Oxford. Madan lantas mengirimkan usulan nama dari cucunya tersebut ke dosen astronomi bernama Herbert Hall Turner. Turner lalu meneruskannya ke rekan-rekannya di Amerika Serikat.
Tepat pada tanggal 1 Mei 1930, nama "Pluto" secara resmi diumumkan sebagai nama planet kesembilan yang ditemukan oleh Tombaugh. Nama itu dipilih karena dua huruf pertama dalam kata "Pluto" adalah inisial Percival Lowell, dan simbol astronomi Pluto (♇) merupakan monogram yang dibentuk dari huruf 'PL'.
Jarak rata-rata Pluto dari Matahari sendiri adalah hampir enam miliar kilometer, sehingga dibutuhkan sekitar 248 tahun untuknya menyelesaikan satu orbit penuh mengelilingi Matahari. Hal itulah yang membuat Pluto belum pernah sekalipun mengelilingi Matahari secara penuh sejak ia ditemukan. Ia juga memiliki orbit yang paling elips dan miring dari planet mana pun, dan pada titik terdekatnya dengan Matahari, Pluto memotong orbit Neptunus, planet kedelapan.
Setelah penemuannya, beberapa astronom mempertanyakan apakah Pluto memiliki massa yang cukup untuk mempengaruhi orbit Uranus dan Neptunus. Pada tahun 1978, astronom James Christy dan Robert Harrington menemukan bulan terbesar Pluto, Charon, yang diperkirakan memiliki ukuran yang hampir sebesar Pluto.
Pluto dan Charon pun dianggap membentuk sistem planet ganda, yang dianggap memiliki massa yang cukup untuk menyebabkan goyangan pada orbit Uranus dan Neptunus. Namun, pada Agustus 2006, Persatuan Astronomi Internasional mengumumkan bahwa Pluto tidak akan lagi dianggap sebagai planet, karena aturan baru yang mengatakan bahwa planet-planet harus "membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya".
Saat ini, Pluto tidak hilang, ia hanya diturunkan statusnya sebagai "planet kerdil".
89 Tahun Penemuan Pluto
Pluto, yang dulu dikategorikan sebagai planet kesembilan, ditemukan di Observatorium Lowell yang terletak di Flagstaff, Arizona, oleh astronom Clyde W. Tombaugh hari ini 89 tahun yang lalu. Mari menilik sejarah penemuannya.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com