Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Benarkah Akan Ada Badai Matahari pada 15 Maret 2019?

Katanya, tanggal 15 Maret 2019 nanti Bumi kita akan diserang badai matahari. Katanya, badai matahari ini berbahaya. Katanya. Hemm, daripada katanya-katanya, mari kita cari tahu saja bagaimana faktanya. Karena sains harus selalu berdasarkan fakta, bukan?
Info Astronomy - Katanya, tanggal 15 Maret 2019 nanti Bumi kita akan diserang badai matahari. Katanya, badai matahari ini berbahaya. Katanya. Hemm, daripada katanya-katanya, mari kita cari tahu saja bagaimana faktanya. Karena sains harus selalu berdasarkan fakta, bukan?

Pertama-tama, ada baiknya kita kenali dulu apa itu badai matahari. Menurut Space Weather, badai matahari merupakan aktivitas yang tentunya terjadi pada Matahari kita. Sebagai bola plasma raksasa, Matahari secara aktif melontarkan suar surya ke segala arah di tata surya.

Lalu, apa itu suar surya? Pada dasarnya, suar surya adalah ledakan raksasa pada permukaan Matahari. Suar surya terbentuk akibat terbukanya salah satu kumparan medan magnet pada permukaan Matahari.

Biasanya, suar surya membawa material dari Matahari, yang panasnya dapat jutaan derajat Celsius. Suar surya juga melepaskan partikel berenergi tinggi dan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang sinar-X dan sinar gamma.

Suar surya umumnya sering terjadi ketika Matahari berada dalam fase aktif, fase yang dikenal sebagai solar maksimum. Sayangnya (atau untungnya?), Matahari kita saat ini berada di dalam fase solar minimum, di mana tidak banyak suar surya yang terbentuk dan mengarah ke Bumi.

Nah, suar surya rupanya juga terbagi atas beberapa kelas, yakni ada kelas A, B, C, M, dan X. Pengelompokan kelas ini sendiri sesuai dengan fluks puncak (dalam watt per meter persegi, W/m^2) dari 1 hingga 8 Ångströms sinar-X di dekat Bumi, yang dapat diukur dengan instrumen sinar-X pada satelit GOES-15 yang berada di orbit geostasioner di atas Samudra Pasifik.

Setiap kelas sinar-X suar surya ini dibagi lagi ke skala logaritmik dari 1 hingga 9. Misalnya: kelas B1 ke B9, C1 ke C9, dll. Suar surya X2 dua kali lebih kuat daripada suar X1, dan empat kali lebih kuat daripada M5. Oh iya, untuk kelas X sedikit berbeda, tidak berhenti di X9, tetapi berlanjut hingga X10 karena saking kuatnya.

Mari mengenal kelasnya satu per satu dulu.

Kelas A dan B
Suar surya kelas A dan B merupakan suar terendah. Mereka sangat umum terjadi dan tidak terlalu merusak. Fluks (jumlah radiasi yang dipancarkan ketika tidak ada suar) lebih sering muncul dalam  kelas B selama fase solar maksimum dan dalam kelas A selama fase solar minimum.

Kelas C
Suar surya kelas C adalah suar surya minor yang memiliki sedikit atau tidak ada efek sama sekali bagi Bumi. Hanya semburan suar surya kelas C yang durasinya panjang saja yang dapat menghasilkan produk berupa ejeksi massa koronal, tetapi biasanya bergerak lambat, cenderung lemah, dan jarang menyebabkan gangguan geomagnetik yang signifikan di Bumi.

Kelas M
Bagi para astronom, suar surya kelas M disebut sebagai suar surya berukuran menengah. Suar kelas ini dapat menyebabkan pemadaman gelombang radio berskala kecil (R1) sampai berskala sedang (R2) di sisi siang hari Bumi yang terkena dampak langsungnya.

Beberapa semburan suar surya kelas M yang mengarah ke Bumi juga dapat menyebabkan badai matahari. Bila kelas M terjadi begitu kuat dan berdurasi panjang, maka dapat menyebabkan terbentuknya ejeksi massa koronal.

Ketika ejeksi massa koronal tersebut berkunjung ke planet kita, ada kemungkinan besar bahwa badai geomagnetik dapat terjadi, yang menghasilkan munculnya pendaran cahaya aurora di area kedua kutub Bumi.

Kelas X
Sampailah kita pada suar surya yang terbesar dan terkuat dari semuanya. Rata-rata, semburan suar surya kelas X terjadi sekitar 10 kali setahun dan lebih sering terjadi selama fase solar maksimum.

Suar kelas X dapat menyebabkan terjadinya pemadaman gelombang radio yang kuat hingga ekstrem (R3 hingga R5) yang terjadi di sisi siang hari Bumi. Suar kelas X ini juga dapat menyebabkan badai radiasi matahari yang kuat dan tahan lama, serta melepaskan ejeksi massa koronal yang signifikan yang dapat menyebabkan badai geomagnetik parah (G4) hingga ekstrem (G5) di Bumi.

Nah, sampai di sini, sudah mengenal apa itu badai matahari, kan? Intinya adalah, badai matahari bisa terjadi bila suar surya yang dilepaskan Matahari (((ke arah))) Bumi berada dalam kelas M atau kelas X. Bagaimana dengan suar surya yang katanya akan terkena Bumi pada 15 Maret 2019 nanti?

Space Weather mencatat, per 13 Maret 2019 silam, suar surya kelas M telah bergerak ke arah Bumi kita, yang terjadi setelah terbentuknya bintik matahari (lihat foto di bawah). Suar surya tersebut akan mencapai Bumi kita pada 15 Maret 2019 mendatang dan menyebabkan terjadinya badai geomagnetik kelas G1.
Apa itu badai geomagnetik? Menurut Astronomy North, badai geomagnetik adalah gangguan di medan magnet Bumi yang dapat mengakibatkan munculnya aurora selama berjam-jam di lintang tinggi dan lintang rendah Bumi.

Badai ini sering terjadi ketika ejeksi massa koronal atau aliran suar matahari berkecepatan tinggi berembus melewati Bumi, menyebabkan medan magnet planet kita menjadi tidak stabil. Jika kondisi ketidakstabilan itu bertahan cukup lama, badai geomagnetik pun terjadi.

Badai geomagnetik memiliki kelas-kelasnya tersendiri, yakni mulai dari G1, G2, G3, G4, dan G5, dengan G1 adalah yang terendah (minor) dan G5 yang tertinggi (ekstrem).

Pada 15 Maret 2019 nanti, badai geomagnetik yang terjadi adalah kelas G1, badai geomagnetik yang terjadi sekitar 1700 kali per 11 tahun (1 siklus Matahari). Badai geomagnetik ini dapat menyebabkan fluktuasi jaringan listrik yang lemah, memberikan dampak minor pada satelit buatan yang mengorbit Bumi, hingga dapat berdampak pada migrasi hewan-hewan tertentu di wilayah kutub-kutub Bumi.

Bagaimana dampaknya terhadap manusia? Jawabannya: tidak ada dampak langsungnya. Planet kita masih dilindungi oleh lapisan atmosfer yang cukup tebal dari radiasi Matahari. Sehingga sebagai manusia, kita hanya akan melihat aurora yang lebih intens terjadi. Sayangnya, karena yang berperan adalah medan magnet, aurora tidak bisa terjadi di ekuator Bumi di mana Indonesia berada.

Kita di Indonesia bisa menerima kabar hoaks tentang badai Matahari yang katanya berbahaya tetap melakukan aktivitas apapun seperti biasanya karena peristiwa badai matahari (((yang katanya))) berbahaya itu nyatanya tidak terlalu berbahaya.

Bumi aman. Itu, sudah.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com