Mari kita bayangkan kalau saat ini kita punya sebuah pesawat antariksa yang memungkinkan kita untuk meluncur dari Bumi menuju jauuuuuuh di atas ekliptika, cukup jauh untuk kita bisa melihat Bulan yang sedang mengorbit Bumi dari "atas", di atas kutub utara Bumi.
Untuk memudahkanmu membayangkannya, perhatikan gambar di bawah. Dari pandangan kita nantinya, kita akan dapat dengan mudah melihat bahwa setengah dari Bulan (dan Bumi) akan diterangi oleh Matahari secara terus-menerus. Bulan pun hanya tampak memiliki satu fase saja.
Hal itu berbeda jika kita kembali ke permukaan Bumi, yang mana selama sebulan penuh kita akan melihat adanya fase-fase Bulan yang berubah-ubah. Jadi, sudah dapat poinnya?
Yak, betul. Fase Bulan terjadi tergantung dari mana kita melihatnya. Bulan adalah benda langit bulat yang hanya separuh bagiannya saja yang selalu diterangi oleh Matahari, sementara separuh bagian lainnya mengalami malam hari.
Dalam mengorbit Bumi, tergantung posisinya, medan sinaran Matahari terhadap permukaan Bulan akan tampak berbeda-beda dari hari ke hari. Misalnya, ketika posisi Bulan berada 180 derajat dari posisi Matahari di langit Bumi, maka seluruh permukaan Bulan yang kita amati akan tersinari seluruhnya. Tapi bila ia berada 90 derajat posisinya dari Matahari, kita hanya akan melihat separuh bagian Bulan yang diterangi Matahari saja.
Planet Juga Punya Fase
Tidak hanya Bulan yang memiliki fase, lho. Faktanya, planet-planet bagian dalam seperti Merkurius dan Venus juga bisa muncul dalam fase-fase tertentu. Kedua planet ini menunjukkan fase yang sama dengan Bulan, kita hanya perlu teleskop untuk melihatnya.
Fase-fase planet juga terjadi karena planet berbentuk bulat, sehingga selalu separuh bagiannya saja yang disinari Matahari. Tergantung di mana posisinya di tata surya, kita bisa melihat kedua planet ini dalam fase-fase yang berbeda.
Perhatikan gambar di bawah ini:
Karena Venus merupakan planet dalam (inner planet), kita dapat melihat Venus memiliki fase-fase yang berbeda tergantung posisinya dalam orbitnya mengelilingi Matahari. Sebagai contoh, saat ia berada dekat dengan titik konjungsi superior, kita bisa melihat fase Venus yang hampir purnama. Tapi, bila posisi Venus ada di dekat konjungsi inferior, dari Bumi kita akan melihat Venus dalam fase sabit.
Nah, hal itu juga berlaku untuk Merkurius. Hanya saja, Merkurius lebih sulit diamati karena berada terlalu dekat dengan Matahari dalam pandangan dari Bumi.
Bagaimana dengan Satelit Alami Lainnya?
Bumi bukan satu-satunya planet yang memiliki bulan atau satelit alami. Di tata surya, ada begitu banyak bulan yang mengelilingi planet lain. Nah, apakah bulan-bulan itu juga punya fase? Jawabannya: tentu punya.
Jika kita kembali naik pesawat antariksa kita untuk bergerak "naik" ke atas ekliptika planet-planet lain selain Bumi di tata surya, maka kita akan melihat hal yang sama terhadap bulan-bulannya: hanya separuh bagian dari permukaannya saja yang diterangi oleh Matahari.
Misalnya, jika kita bisa berada tinggi di atas kutub utara Saturnus, maka kita bisa melihat ke-62 bulan milik planet bercincin itu yang akan menunjukkan fase separuh, sementara separuh bagian lainnya lagi tampak gelap karena tidak disinari Matahari.
Di bawah ini, kita bisa melihat gambar-gambar dari beberapa bulan Saturnus yang diambil oleh wahana antariksa Cassini saat ia masih menjalani misi di sistem Saturnus. Perhatikan bahwa meskipun Cassini tidak berada di permukaan Saturnus, Cassini masih dalam posisi yang tepat sehingga bisa melihat fase-fase bulan Saturnus:
Titan |
Mimas |
Phoebe |