Banyak orang yang sering menganggap bahwa ruang angkasa merupakan "ruang kosong" atau "ruang hampa", yang berarti tidak ada apa pun di sana. Namun, pada kenyataannya, ruang angkasa yang dalam hal ini adalah ruang antarplanet sebenarnya berisikan mulai dari asteroid, komet, hingga debu-debu angkasa. Ruang di antara bintang-bintang dalam galaksi pun berisi awan gas dan molekul lain yang redup.
Lalu, bagaimana dengan ruang di antara galaksi-galaksi? Apakah ruang tersebut kosong, atau ada "sesuatu" di dalamnya?
Sama seperti ruang antarplanet dan ruang antarbintang, ruang antargalaksi juga tidak kosong tuh. Bahkan, kata "kehampaan ruang" yang biasanya digunakan untuk menyebut suatu daerah raksasa di alam semesta yang mana tampak tidak ada galaksi, tampaknya masih mengandung beberapa jenis materi tak kasat mata.
Eits, tak kasat mata di sini bukan hantu lho ya, apa lagi hantu Badarawuhi dari desa penari. Tak kasat mata artinya sangat redup, karena ukuran mereka sangaaaaat kecil.
Materi semacam apa yang ada di antara galaksi? Dalam beberapa kasus, ada awan gas panas yang dilepaskan ketika galaksi-galaksi saling berinteraksi dan bertabrakan. Materi tersebut "terkoyak" keluar dari galaksi induknya saat tabrakan galaksi terjadi dan seringkali bertabrakan dengan material lain di alam semesta.
Ketika tabrakan antara material tersebut terjadi, mereka dapat mengeluarkan radiasi dalam sinar-X dan dapat dideteksi dengan instrumen seperti Observatorium Sinar-X Chandra. Namun, tidak semua galaksi melontarkan awan gas panas, beberapa di antaranya agak redup dan sulit dideteksi, sehingga sering dianggap sebagai gas dan debu dingin.
Nah, sekarang, bingung nggak nih bagaimana para astronom bisa "melihat" apa yang ada di antara galaksi padahal daerah di antara galaksi sangat gelap?
Memang, ruang antargalaksi sulit dipelajari dalam cahaya optik (cahaya yang kita lihat dengan mata kita). Namun, para astronom tetap bisa tuh melihat ada apa di ruang antargalaksi dengan mempelajari bagaimana mereka mempengaruhi daerah sekitarnya.
Menggunakan Cosmic Web Imager yang terdapat pada Observatorium Palomar di California, para astronom dapat melihat cahaya yang datang dari galaksi dan quasar yang jauh ketika ia bergerak melalui medium antargalaksi.
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa ketika cahaya dari galaksi dan quasar yang jauh melewati medium antarbintang, sebagian cahaya tersebut akan diserap oleh gas di medium antarbintang. Serapan-serapan tersebut muncul sebagai garis-garis hitam dalam spektrum yang dihasilkan Cosmic Web Imager.
Dari adanya penyerapan itulah ruang antargalaksi diketahui tidak benar-benar kosong. Awan gas yang berada di ruang antargalaksi sebagian besar terdiri atas hidrogen terionisasi.
Nah, itulah yang ada di ruang antara galaksi satu dengan galaksi lainnya. Medium antargalaksi, jika dilihat dari jauuuuuh sekali, akan membentuk apa yang dikenal sebagai jejaring kosmis, sebuah jejaring yang seperti "jembatan" penghubung satu galaksi dengan galaksi tetangganya dalam sebuah gugus galaksi.
Sumber:
- Draine, B. T. (2010). Physics of the interstellar and intergalactic medium (Vol. 19). Princeton University Press.
- McQuinn, M. (2016). The evolution of the intergalactic medium. Annual Review of Astronomy and Astrophysics, 54, 313-362.
- Tangherlini, F. R. (2018). Speed of Gravitation and Electromagnetic Waves through the Dark Energy of Intergalactic Space and Its Implications of a Unified Theory. Journal of Modern Physics, 9(4), 573-583.