Eh, kok bisa? Itu karena bintang-bintang, planet-planet, dan galaksi-galaksi berjarak begitu jauh dari kita sehingga cahaya dari mereka membutuhkan waktu bahkan hingga jutaan tahun untuk mencapai Bumi. Sebagai contoh galaksi Andromeda, cahayanya butuh waktu 2,5 juta tahun untuk bisa sampai pada mata kita. Itu artinya, melihat Andromeda saat ini adalah melihat kondisinya 2,5 juta tahun yang lalu.
2,5 juta tahun tersebut juga merupakan jarak galaksi Andromeda dari Bumi, yakni tepatnya 2,5 tahun cahaya, dengan 1 tahun cahaya setara 9,4 triliun kilometer. Sekarang, kamu pasti setuju kalau dikatakan alam semesta merupakan ruang yang luas.
Baca Juga: Fakta-fakta Menarik Galaksi Andromeda
Tapi, seberapa luas alam semesta itu?
"Jawabannya mungkin merupakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah kita ketahui dengan presisi," kata Sarah Gallagher, seorang astrofisikawan di Universitas West, Ontario, Kanada. Seberapa luas alam semesta adalah salah satu pertanyaan mendasar dalam astrofisika, yang mungkin paling sulit dijawab. Walau begitu, hal itu tidak menghentikan para astronom untuk terus mencari tahu.
Pada dasarnya, untuk mencari seberapa luas alam semesta, kita harus mengetahui dulu tuh jarak benda-benda langit yang ada di dalamnya.
Ingat hal ini: semakin dekat suatu benda langit dari Bumi di alam semesta, semakin mudah jaraknya untuk diukur. Katakanlah Matahari, jaraknya dari Bumi "hanya" 8 menit cahaya, atau sekitar 150 juta kilometer. Bulan? Ah, cuma 1,2 detik cahaya, atau sekitar 360.000 kilometer.
Namun, menghitung jarak benda langit yang paling jauh di galaksi kita merupakan hal yang lebih rumit. Itulah yang membuat para astronom pada akhirnya menemukan metode-metode pengukuran tidak langsung terhadap jarak-jarak benda langit yang jauh.
Misalnya ketika ingin mengetahui jarak bintang deh. Bintang-bintang dapat berubah warna seiring bertambahnya usia, dan berdasarkan warna itu, para astronom dapat memperkirakan berapa banyak energi dan kecerahan yang dihasilkan oleh bintang-bintang itu.
Baca Juga: Mengapa Ada Bintang di Alam Semesta?
Dua bintang yang memiliki energi dan kecerahan yang sama tidak akan tampak sama dari Bumi jika salah satu dari bintang-bintang itu berada lebih jauh jaraknya. Semakin jauh sebuah bintang, maka akan tampak lebih redup. Para astronom dapat membandingkan kecerahan bintang berdasarkan dengan yang kita lihat dari Bumi untuk menghitung seberapa jauh bintang itu, lho.
Dengan diketahuinya bagaimana metode-metode penentuan jarak tak langsung seperti di atas itu, para astronom pun beranjak ke tahapan selanjutnya, yakni mencari benda langit apa yang terjauh di alam semesta yang bisa diamati.
Dengan teknologi pengamatan paling mutakhir yang ada sejauh ini, hasil dari pengamatan menungkapkan bahwa benda langit terjauh yang bisa diamati dari Bumi berjarak sekitar 13,8 miliar tahun cahaya.
13,8 miliar tahun cahaya tersebut rupanya juga sama ke segala arah di alam semesta. Dengan kata lain, kita sebagai manusia yang tinggal di Bumi seperti berada di tengah-tengah bola alam semesta yang berdiameter 27,6 miliar tahun cahaya.
Baca Juga: GN-z11, Galaksi Terjauh yang Pernah Teramati
Lalu, apakah 27,6 miliar tahun cahaya itu adalah luas alam semesta? Tidak juga. "Bola" alam semesta tersebut dikenal sebagai alam semesta teramati (observable universe), di luar batas itu kita tidak bisa melihat benda langit apapun karena cahayanya belum bisa mencapai pandangan kita. Dengan begitu, di mana pun kita berada di alam semesta, luas observable universe akan sama-sama 13,8 miliar tahun cahaya ke segala arah.
Ya, luas alam semesta yang sesungguhnya saat ini belum diketahui secara pasti. Tapi yang jelas, alam semesta teramati saja sudah sangat sangat sangat luar biasa luas. Kita benar-benar seperti debu di antara luasnya kosmos.