Faktanya, sebelum ditemukan teknologi bernama teleskop, manusia tidak tahu lho bahwa planet keenam dari Matahari di tata surya ini memiliki cincin. Bahkan pada tahun 1610, seorang astronom bernama Galileo Galieli sempat memandang ke arah Saturnus dengan teleskop rakitanya, namun Galielo malah menganggap Saturnus memiliki dua telinga besar (yang padahal merupakan cincin) mirip beruang teddy.
Bertahun-tahun kemudian, teknologi teleskop mulai berkembang, para astronom pun mulai menggunakan teleskop yang lebih baik daripada yang digunakan oleh Galileo. Ketika mencoba mengamati Saturnus, barulah disadar bahwa Saturnus dikelilingi oleh sebuah cakram datar yang besar.
Awalnya, para astronom berpikir cakram itu mungkin menyentuh Saturnus (dianggap tidak ada celah di antara bagian cincin terdalam dengan atmosfer teratas Saturnus). Salah satu astronom yang paling berpengaruh dan berpendapat demikian adalah Christiaan Huygens. Melalui pengamatannya, ia berpikir cakram di sekitar Saturnus sekokoh panekuk.
Adalah astronom lainnya, Giovanni Cassini, yang melalui pengamatannya menngungkapkan bahwa cakram yang mengelilingi Saturnus itu memiliki celah dari atmosfer teratas Saturnus, yang kini diketahui cincin terdalam Saturnus berjarak sekitar 6.000 km dari atmosfer teratas sang planet.
Asal-usul Cincin
Saturnus adalah planet terbesar kedua di tata surya kita setelah Jupiter. Saking besarnya planet ini, Saturnus bisa menampung hampir 700 Bumi di dalamnya. Ukuran yang besar itu juga didukung dengan gravitasinya yang kuat, sehingga ia mampu menjaga cincin yang mengelilinginya.Namun, perlu diketahui nih, cincin Saturnus bukanlah cakram tebal yang solid, melainkan sebenarnya terdiri atas jutaan hingga miliaran materi yang terpisah satu sama lain, yang terbuat dari butiran pasir halus hingga ada yang sebesar gunung. Dari mana asal-usulnya?
Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan bagaimana cincin Saturnus terbentuk. Menurut Nature.com, teori pertama adalah berasal dari asteroid. Teori ini menyatakan bahwa cincin Saturnus terbentuk dari sebuah batuan-batuan antariksa raksasa sisa-sisa pembentukan Matahari yang secara tidak sengaja tercabik-cabik ketika mereka berada terlalu dekat dengan Saturnus, sehingga terpengaruh oleh tarikan gravitasi yang kuat.
Pecahan dari batuan antariksa tersebut rupanya tetap mengelilingi Saturnus, yang lambat laun menjadi cincin Saturnus. Walau begitu, meskipun teori ini menjelaskan cincin Saturnus yang terdiri dari batuan, sayangnya teori ini tidak menjelaskan dari mana material cincin Saturnus yang terdiri dari es, yang mencakup 90 persen dari komposisi cincin.
Kemungkinan lain dan teori yang berlaku saat ini, menurut EarthSky.org, menyatakan bahwa cincin Saturnus merupakan sisa-sisa satelit alami atau bulan. Saturnus merupakan planet yang memiliki banyak bulan. Dengan yang terbesar bernama Titan, sedikitnya ada 13 bulan Saturnus yang memiliki diameter lebih besar dari 50 kilometer.
Cincin Saturnus terbentuk dari bulan-bulan purba yang mengelilinginya, terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Bulan-bulan tersebut, saat mengelilingi Saturnus, gagal untuk menempati orbit yang stabil setelah pembentukannya, sehingga banyak dari mereka yang akhirnya berputar lebih dekat dan lebih dekat ke Saturnus.
Ketika mencapai jarak orbit tertentu dari Saturnus, bulan-bulan purba tersebut hancur, pecahannya yang begitu banyak itu akhirnya membentuk cincin Saturnus hingga hari ini.