Gagasan keberadaan galaksi lain dulunya dianggap kontroversial. Bahkan hingga tahun 1920-an, banyak astronom berpikir bahwa alam semesta ya sebesar galaksi Bimasakti saja, tidak ada galaksi lain selain Bimasakti dan tidak ada apapun di luar Bimasakti itu sendiri. Wah, sempit banget dong, ya?
Namun, masuk tahun 1924, mulai bermunculan begitu banyak bukti yang menyatakan bahwa galaksi kita tidak sendirian, melainkan hanya merupakan salah satu dari miliaran galaksi di alam semesta. Bukti-bukti ini pun lantas menjadi salah satu penemuan ilmiah terbesar di abad kedua puluh.
Tidak yakinnya para astronom tentang keberadaan galaksi lain dulunya bukan karena pola pikir mereka tertutup. Sejak abad ke-18, para astronom masih meneliti bagaimana sebenarnya komposisi dan struktur alam semesta. Pada saat itu, teleskop juga sudah ditemukan kok, tetapi tidak sebaik saat ini kualitasnya.
Dengan begitu, para astronom terdahulu masih kesulitan dalam membedakan antara galaksi dengan nebula. Bahkan saat itu, mereka menganggap semua benda yang teramati tidak seperti titik cahaya merupakan satu kategori benda langit yang sama, yakni nebula, bahasa Latin untuk "awan."
Baca Juga: Apa Itu Nebula dan Bagaimana Pembentukannya?
Galaksi Andromeda (M31) dulunya dikenal sebagai Nebula Andromeda, lho. Itu karena memang galaksi spiral tetangga terdekat Bimasakti kita ini hanya tampak seperti pita cahaya putih saja dalam pandangan dari Bumi.
Filsuf Immanuel Kant (1724-1804) di abad yang sama sempat menyatakan bahwa beberapa nebula mungkin merupakan sistem bintang tersendiri (galaksi), tetapi sayangnya bukti untuk mendukung gagasan dari Kant ini belum bisa didapatkan karena kemampuan teleskop pada masa itu tidak semaju sekarang.
Galaksi-galaksi Lain
Kontroversi dimulai pada awal abad kedua puluh. Pada masa itu, beberapa nebula mulai diketahui rupanya merupakan gugus bintang, sementara sisanya (seperti Nebula Orion) hanya merupakan kumpulan awan debu dan gas. Hmm, para astronom mulai berpikir bahwa gagasan Kant dulunya benar.Sayangnya, saat itu sebagian besar nebula masih tampak begitu redup dan tidak jelas, bahkan dengan teleskop terbaik. Jaraknya dari Bumi pun sulit untuk diketahui. Dalam rangka menentukan apa sebenarnya nebula itu, para astronom pada masa itu harus menemukan cara untuk mengukur jarak ke setidaknya beberapa dari mereka.
Akhirnya, teknologi teleskop terbaru mulai muncul. Ketika teleskop berdiameter 2,5 meter di Mount Wilson, California Selatan mulai beroperasi, para astronom akhirnya memiliki teleskop besar yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan kontroversi tersebut.
Baca Juga: Bagaimana Cara Astronom Memotret Galaksi Lain?
Adalah astronom Edwin Hubble, yang kala itu menggunakan teleskop Mount Wilson untuk pertama kalinya, bisa melihat bintang secara individu di beberapa nebula yang berbentuk spiral. Di antara bintang-bintang tersebut, ia bahkan juga menemukan beberapa bintang variabel redup.
Pengamatan Hubble ini lantas telah menjadi bukti otentik bahwa memang ada galaksi lain selain galaksi Bimasakti di alam semesta. Salah satu pengamatan Hubble kala itu adalah Nebula Andromeda, yang ketika ditemukan adanya bintang-bintang di sana langsung diubah menjadi Galaksi Andromeda.
Tidak seorang pun dalam sejarah umat manusia yang pernah mengukur jarak yang begitu besar seperti yang dilakukan Hubble. Ketika makalah ilmiah Hubble tentang jarak ke nebula dibacakan sebelum pertemuan American Astronomical Society pada hari pertama tahun 1925 dimulai, seluruh ruangan riuh dengan tepuk tangan.
Hubble telah memulai sebuah era baru dalam studi tentang alam semesta. Sejak tahun 1925, bidang ilmiah baru, yakni astronomi ekstragalaktik, baru saja dilahirkan.