Pada awal tahun 2020 ini, dalam sebuah studi baru, sekelompok astronom dari Institut Nasional Astrofisika Italia melaporkan bahwa mereka telah mengamati adanya perubahan aneh dalam aktivitas bintang tetangga kita itu, yang mengindikasikan potensi keberadaan planet lain. Para astronom ini lantas menjuluki planet tersebut sebagai Proxima c dalam makalah ilmiah mereka yang diterbitkan di jurnal Science Advances.
Dalam makalah ilmiahnya tersebut, para astronom ini menjelaskan bahwa planet baru yang mengelilingi Proxima Centauri tampaknya merupakan planet bumi super, istilah untuk planet dengan massa lebih besar dari Bumi tetapi secara signifikan lebih kecil daripada raksasa es Neptunus.
"Proxima Centauri adalah bintang terdekat dengan Matahari, dan tampaknya penemuan planet baru ini akan menjadikannya sistem planet terdekat dengan kita," kata astronom Mario Damasso, pempimpin utama studi ini, dilansir Business Insider.
Proxima c (jika dikonfirmasi keberadaannya) kemungkinan tidak dapat dihuni. Alasan ilmiahnya adalah, planet ini rupanya berjarak terlalu jauh dari Proxima Centauri, sehingga mungkin membeku atau diselimuti oleh atmosfer yang kaya akan hidrogen dan helium yang pekat. Meski begitu, kedekatannya dengan tata surya kita dapat menawarkan kesempatan unik untuk mempelajari sistem bintang lain.
Berada di Lokasi Tak Lazim
Jika keberadaan planet ini memang benar-benar ada, Proxima c, secara teori, seharusnya tidak bisa ada pada lokasi di mana ia berada saat ini.Selama ini, teori yang diterima banyak astronom adalah planet bumi super hanya bisa terbentuk di sekitar "garis salju", atau jarak terdekat ke bintang induk di mana air bisa menjadi es. Dalam "garis salju", padatan es menumpuk di sana, yang dapat membentuk planet.
Proxima c rupanya teramati jauh melampaui "garis salju" yang terdapat pada bintang Proxima Centauri. Dengan begitu, keberadaannya dapat menantang teori yang sudah diterima selama ini.
Meski demikian, sebenarnya para astronom masih tidak yakin apakah Proxima c benar ada atau tidak, mereka masih perlu bukti-bukti pengamatan lebih lanjut. Dalam menemukan Proxima c sendiri, tim astronom ini menggunakan teknik yang disebut kecepatan radial saja.
Cara kerja teknik tersebut adalah seperti ini: Planet-planet, berkat gravitasinya, dapat sedikit mempengaruhi bintang-bintang mereka saat mereka mengorbit. Ketika posisi bintang bergerak, bahkan dengan gerakan yang kecil, warna cahayanya dapat berubah. Dan jika perubahan cahaya tersebut bersifat periodik, hal itu dapat menunjukkan bahwa penyebabnya adalah planet yang mengorbit.
Kira-kira, pengaruh gravitasi planet terhadap bintangnya seperti ini:
Perubahan cahaya secara periodik dalam cahaya Proxima Centauri inilah yang diidentifikasi oleh Damasso dan rekan-rekannya. Menurut penelitian mereka, perubahan cahaya secara periodik tersebu juga tidak terkait dengan pergerakan planet Proxima b.
Hal itu pun semakin menunjukkan potensi keberadaan planet lain, meskipun Damasso mengatakan ia dan rekan-rekannya masih "tidak bisa membuang kemungkinan bahwa sinyal itu sebenarnya karena aktivitas bintang itu sendiri."
Damasso dan rekan-rekannya pun berharap untuk menemukan lebih banyak petunjuk dalam data dari teleskop ruang angkasa Gaia milik Agensi Antariksa Eropa, yang selama ini aktif mengidentifikasi ratusan juta bintang di galaksi Bimasakti.
Bantuan dari Gaia dan James Webb
Teleskop antariksa Gaia sendiri diluncurkan pada Desember 2013 dengan tujuan yang cukup ambisius: membuat peta 3D galaksi Bimasakti."Gaia masih aktif mengamati bintang-bintang di galaksi, dan kami menghitung dalam rilis data akhir Gaia akan ada cukup data untuk mengkonfirmasi atau justru membantah keberadaan Proxima c," kata Fabio Del Sordo, salah satu astronom dalam studi ini dari University of Crete di Yunani, dilansir IFLScience.com.
Bantuan lain untuk mengonfirmasi keberadaan Proxima c adalah tentunya melalui pengamatan langsung. "Pengamatan langsung dapat memberikan hasil dalam waktu yang lebih singkat, walaupun tidak dapat memberikan jawaban yang pasti," kata Del Sordo. "Dengan kata lain, jika kita tidak melihat apa pun dalam gambar saat pengamatan langsung, itu tidak berarti Proxima c tidak ada."
Pengamatan langsung tersebut kemungkinan besar akan dilakukan oleh Teleskop Antariksa James Webb, suksesor Teleskop Antariksa Hubble yang rencananya akan diluncurkan pada Maret 2021. Teleskop ini sangat canggih, dilengkapi dengan cermin berilium selebar 21 kaki dan teknologi inframerah termutakhir untuk membuatnya menjadi sangat sensitif terhadap panjang gelombang cahaya inframerah yang lebih panjang.
Bahkan jika James Webb tidak dapat menemukan Proxima c, planet tetangganya, Proxima b, akan menjadi target utama pengamatan yang menarik.
Kita tunggu saja, apakah nantinya kita benar-benar memiliki planet tetangga baru atau tidak.