Spitzer merupakan salah satu dari empat teleskop antariksa dalam program Great Observatories milik NASA. Tiga teleskop antariksa lainnya yang juga berada di orbit Bumi adalah teleskop antariksa Hubble, Chandra, dan Compton Gamma Ray. Keempatnya dirancang untuk studi astronomi menggunakan panjang gelombang yang berbeda, masing-masing adalah dalam cahaya tampak, sinar-X, sinar gamma, dan inframerah.
Pamitnya Spitzer memang tidak lantas memiliki penerus. Meski begitu, James Webb Space Telescope (JWST), yang akan diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan, akan menjadi penerus Spitzer, sekaligus juga bisa jadi penerus Hubble.
Sayangnya, banyak penundaan yang mengganggu peluncuran JWST, yang membuat misi Spitzer sempat diperpanjang untuk yang kelima kalinya pada 2018. Tetapi sekarang, usia Spitzer sudah menua, misinya tidak mungkin diperpanjang lagi.
Baca Juga: Bagaimana Cara Kerja Teleskop Antariksa Hubble?
Sama seperti ponsel jadul yang kamu miliki, sejak pertama membelinya dulu mungkin bisa mengirimkan data secara terus menerus dengan cepat, tetapi lama kelamaan pasti akan melambat. Begitulah Spitzer. Pengiriman data dari stasiun pemancar di Bumi ke Spitzer dan sebaliknya sangat lambat. Para astronom pun memutuskan untuk menonaktifkan Spitzer.
"Spitzer mengajarkan kita betapa pentingnya cahaya inframerah untuk memahami alam semesta kita, baik di lingkungan kosmik kita sendiri maupun hingga galaksi yang paling jauh," Paul Hertz, direktur astrofisika di Markas NASA, mengatakan dalam sebuah pernyataan. "Kemajuan yang kami buat di banyak bidang astrofisika di masa depan adalah karena warisan Spitzer yang luar biasa."
Salah satu jepretan terbaik dari Spitzer bisa kamu lihat di bawah ini, yang menampilkan galaksi spiral besar, Messier 81, dalam pandangan inframerah:
Spitzer sendiri diluncurkan ke luar angkasa pada 25 Agustus 2003, di mana awalnya ia hanya diproyeksikan untuk beroperasi selama 2,5 tahun (sampai tahun 2005 saja). Teleskop inframerah ini dilengkapi dengan pendingin untuk menjaganya pada suhu yang sangat rendah sehingga dapat mempelajari benda langit dengan lebih baik.
Rupanya, pendingin Spitzer masih bisa aktif sampai 5 tahun 8 bulan 19 hari setelah peluncuran, membuat misinya diperpanjang.
Ketika pendinginnya habis, penggunaan Spitzer pun terbatas. Meski begitu, tim misi Spitzer ternyata masih mampu melakukan penelitian sains luar biasa dengan teleskop antariksa ini. Dalam 6.000 hari, Spitzer menghasilkan potret inframerah terbesar dari Bimasakti dengan berhasil memotret lebih dari 800.000 foto.
Baca Juga: Sistem TRAPPIST-1 Berpotensi Laik Huni
Salah satu pencapaian terbesar Spitzer, yang juga merupakan salah satu penemuan paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir, adalah temuan tujuh planet ekstrasurya yang mengelilingi bintang TRAPPIST-1. Dari tujuh planet asing itu, lima di antaranya ditemukan dengan data Spitzer saja. Berkat Spitzer pula, para astronom dapat mempelajari atmosfer ketujuh planet asing tersebut.
Spitzer kini merupakan teleskop antariksa kedua yang dinonaktifkan, setelah Compton Gamma Ray dideorbitasi pada tahun 2000 silam. Dua lainnya, saat ini masih kuat. Observatorium Sinar-X Chandra X-ray sedang dalam dekade ketiga masa operasinya, sementara Teleskop Antariksa Hubble bersiap merayakan ulang tahun ke 30 di orbit rendah Bumi pada 24 April tahun ini.
Terima kasih, Spitzer, atas warisan ilmu pengetahuan yang luar biasa.