Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Komet Cantik Berpotensi Teramati pada Akhir Mei 2020

Kapan terakhir kali kamu mengamati adanya komet di langit? Akhir Maret 2020, sebuah komet cantik berpotensi untuk terlihat di langit lho. Cari tau yuk!
Info Astronomy - Kapan terakhir kali kamu mengamati adanya komet di langit? Eits, komet ya, bukan meteor. Kedua benda langit ini sangat jauh berbeda, lho. Nah, akhir Mei 2020 mendatang, akan ada sebuah komet cantik yang berpotensi teramati nih, apakah termasuk di langit Indonesia?

Tunggu dulu, sebelum kita bahas lebih jauh mengenai komet ini, kita kenali dulu ya perbedaan antara komet dan meteor, biar kita semua sepaham dengan pengertian dari benda-benda langit ini.

Jadi gini. Di luar angkasa sana, di luar atmofer Bumi kita, terdapat banyak banget batuan antariksa yang ukurannya bervariasi mulai dari seukuran butiran pasir sampai sebesar hotelnya Cristiano Ronaldo. Batuan antariksa ini, menurut UniverseToday.com, terbagi dalam dua jenis.

Untuk batuan antariksa yang ukuran diameternya lebih besar dari 1 kilometer, para astronom menyebutnya sebagai asteroid. Terdapat sedikitnya ratusan ribu hingga jutaan asteroid di Sabuk Asteroid, wilayah yang terletak di antara orbit Mars dan Jupiter. Sebagian besar asteroid ini terbentuk dari batuan, dengan beberapa juga ditemukan terdiri dari besi dan nikel.

Sementara itu, untuk batuan antariksa yang ukuran diameternya di bawah 1 kilometer, para astronom menyebutnya sebagai meteoroid. Iya, me-te-o-ro-id, bukan meteorit ya. Ketika meteoroid memasuki atmosfer Bumi, gesekan terhadap atmosfer akan membuat meteoroid memanas, lalu terbakar, dan menciptakan jejak cahaya.

Meteoroid yang memasuki atmosfer Bumi dan terbakar itulah yang disebut sebagai meteor. Dengan kata lain, sebuah batuan antariksa (baik itu asteroid atau meteoroid) akan disebut meteor ketika mereka sudah memasuki atmosfer Bumi kita. Selama batuan antariksa masih berada di luar atmosfer, mereka akan disebut sebagai asteroid atau meteoroid, tergantung dari ukurannya.

Dan satu lagi, ketika meteor berukuran cukup besar, mereka bisa tidak habis terbakar di atmosfer, sehingga menyisakan bongkahan kecil. Batuan antariksa yang ditemukan di permukaan Bumi ini disebut sebagai meteorit. Sudah bisa membedakan ya sekarang?
Lalu, apa itu meteor? Nah, benda langit yang satu ini beda lagi nih!

Kalau asteroid lebih banyak ditemukan atau berasal dari Sabuk Asteroid, komet cenderung berasal dari Sabuk Kuiper, area berisi segerombolan benda es yang mengelilingi tata surya di luar orbit planet Neptunus.

Dilansir EarthSky.org, komet adalah benda es kecil yang mengitari Matahari kita dalam orbit yang sangat eliptis. Ketika komet berada jauh dari Matahari, ia akan tampak mirip seperti asteroid, tapi ketika mendekati Matahari, komet akan mulai melepaskan gas yang dikandungnya. Fenomena pelepasan tersebut menghasilkan atmosfer pada komet yang disebut sebagai koma, serta juga membentuk ekor.

Fenomena pembentukan koma dan ekor pada komet tersebut disebabkan oleh efek radiasi Matahari dan angin Matahari yang menerpa bagian inti komet. Berukuran beberapa ratus meter hingga puluhan kilometer dan terdiri dari kumpulan es, debu, dan partikel berbatu kecil, inti komet dengan mudah bereaksi saat terkena radiasi Matahari.

Koma komet bisa terbentuk sangat besar, bahkan mencapai 15 kali diameter Bumi, sementara ekornya dapat merentang hingga jarak 1 AU (setara jarak Bumi ke Matahari). Jika inti komet cukup terang, sebuah komet dapat dilihat dari Bumi tanpa bantuan teleskop!
Seperti komet yang akan dibahas pada artikel ini nih. Ditemukan pada 28 Desember 2019 melalui instrumen pengamatan ATLAS (Asteroid Terestrial-impact Last Alert System) di Hawaii, sebuah komet yang dikatalogkan sebagai C/2019 Y4 (ATLAS) baru-baru ini mencuri perhatian para astronom dan para pengamat langit karena semakin terang dan terang dalam beberapa hari terakhir.

Meski begitu, pada akhir Maret 2020 ini, Komet ATLAS masih bersinar dengan magnitudo visual +8, yang artinya belum dapat terlihat oleh mata telanjang karena terlalu redup. Namun, kalau kamu mengamatinya lewat teleskop, komet ini akan muncul terang dengan rona kehijauan.

Menurut perhitungan jarak para astronom, Komet ATLAS saat ini sedang berada pada jarak sejauh Mars dari Matahari dan sedang bergerak mendekati tata surya bagian dalam. Saat semakin dekat dengan Matahari, ia akan menjadi lebih terang lagi.

Dilansir TheSkyLive.com, Komet ATLAS akan mencapai jarak paling dekat dengan Bumi pada 23 Mei 2020. Eits, dekat di sini dalam skala kosmis ya, karena jaraknya masih sekitar 116,8 juta kilometer jauhnya. Komet ini sama sekali tidak berpotensi menabrak Bumi. Sementara itu, perihelion atau jarak terdekat komet ini ke Matahari (sekitar 37,8 juta kilometer) akan terjadi pada 31 Mei 2020.

Jika sesuai prediksi, Komet ATLAS mungkin akan mencapai magnitudo visual +5 sekitar 1 Mei 2020. Secara teori, magnitudo visual tersebut sudah cukup terang untuk dilihat dengan mata telanjang, asalkan diamati di wilayah yang cerah dan bebas polusi cahaya kota besar.

Magnitudo visual komet akan semakin terang lagi pada akhir Mei 2020, ketika ia mencapai perihelionnya. Jika komet ini tidak pecah, ia akan mencapai magnitudo visual +2 hingga -6 selama perihelion. Yup, semakin kecil angka magnitudo visual, semakin terang sebuah benda langit.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah komet ini bisa diamati di Indonesia? Sayangnya, maaf kalau mengecewakanmu, karena posisi Indonesia yang berada di ekuator, Komet ATLAS akan sulit di lihat dari langit Indonesia.

Menurut BritAstro.org, waktu terbaik untuk mengamati komet ini adalah pada 18 Mei 2020, ketika sang komet yang berwarna kehijauan karena atom karbon dan nitrogen pada intinya terkena radiasi ultraviolet dari Matahari ini berada di arah rasi bintang Perseus. Di langit Indonesia, posisi komet sudah terbenam lebih dulu saat Matahari terbenam dan belum terbit saat Matahari sudah terbit.

Pun saat mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi (23/5) dan Matahari (31/5), Komet ATLAS posisinya akan lebih dekat lagi dengan Matahari, membuat ia akan terbit dan terbenam bersama dengan Matahari di langit Bumi.

Meski begitu, tidak teramatinya komet ini hanya berlaku jika kamu melakukan pengamatan dengan mata telanjang. Kalau kamu punya teleskop, mulai awal April ini sudah bisa kok mengamati Komet ATLAS. Silakan klik tautan ini untuk melacak letak sang komet dari hari ke hari: Theskylive.com.

Belum punya teleskop? Kamu bisa memilikinya di InfoAstronomyStore.com.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com