Info Astronomy - Planet-planet bisa terbentuk dalam berbagai ukuran, komposisi, hingga warna, dan terkadang bahkan ada yang memiliki cincin. Nah, tahukah kamu dari mana asal cincin sebuah planet? Apakah mereka artinya sudah menikah?
Objek favorit saya saat pengamatan langit melalui teleskop adalah planet Saturnus. Seriusan, kalau kamu belum sempat melihat Saturnus secara langsung dengan mata kepala sendiri, cobalah cari teman yang memiliki teleskop dan minta dia untuk membantumu melihat planet Saturnus.
Tidak punya teman yang memiliki teleskop? Mungkin sudah saatnya kamu untuk memilih teman-teman baru. Kalau di daerahmu ada klub astronomi, cari tahu kapan mereka mengadakan pertemuan untuk melakukan pengamatan, bergabunglah dengan mereka, dan minta bantuan untuk melihat Saturnus dengan teleskop. Mereka akan menjadi teman barumu.
Dan jika tidak ada klub astronomi di daerahmu, mungkin kamu bisa ambil pilihan terakhir ini: menabunglah untuk membeli teleskop sendiri. InfoAstronomyStore.com menyediakannya kok!
Oke, kembali lagi ke pembahasan Saturnus, mengapa Saturnus saya anggap begitu menakjubkan untuk dilihat? Tentu saja karena cincinnya.
Cincin Saturnus sangat besar. Bahkan, bagian cincin yang bisa kamu lihat dengan teleskop itu hanya yang membentang sekitar 140.000 kilometer di atas permukaannya, masih ada bagian cincinnya yang lain yang lebih redup, yang membentang hingga jutaan kilometer.
Meskipun dalam pandangan dari Bumi cincinnya terlihat besar dan padat, sistem cincin yang mengelilingi Saturnus ini sebenarnya tipis. Bayangkan, diameternya hanya 10 meter. Itu seperti, setara dengan tinggi rumah dua lantai.
Dari mana asal cincin Saturnus? Penelitian terbaik sejauh ini dalam rangka mencari tahu asal usul cincin Saturnus datang dari Robin Canup, astronom di Southwest Research Institute di Boulder, Colorado yang menerbitkan teori baru tentang pembentukan cincin Saturnus di jurnal Nature. Teori Canup tidak hanya cocok dengan pengamatan, tetapi juga mengagumkan.
Canup mengusulkan bahwa cincin Saturnus terbentuk dari sisa-sisa es dari bulan-bulan yang mengelilingi Saturnus pada masa lalu. Ketika Saturnus dan satelitnya terbentuk bersama di tata surya 4,5 miliar tahun yang lalu, salah satu bulan besar milik Saturnus sempat terbentuk terlalu dekat dengan sang planet, sehingga ia tidak mampu mempertahankan orbit yang stabil.
Bulan besar tersebut lantas mulai berputar semakin dekat ke Saturnus, hingga pada akhirnya gravitasi Saturnus merobek lapisan luar bulan besar yang dingin tersebut dan "menyebarkannya" ke orbit Saturnus untuk menciptakan cincin yang kita lihat hari ini. Setelah 10.000 tahun, inti bebatuan sisa bulan besar tadi akhirnya menabrak Saturnus dan hancur.
Canup bisa sampai pada kesimpulan tersebut setelah ia membuat model komputer yang mensimulasikan rangkaian fenomena ini. Model menjelaskan fakta bahwa 90-95 persen cincin Saturnus terdiri dari es. Canup percaya bahwa bagian cincin Saturnus yang terdiri dari batuan dan debu berasal dari meteorit.
Menariknya, Saturnus bukan satu-satunya planet di tata surya yang memiliki sistem cincin. Para astronom telah menemukan cincin juga di sekitar planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus, yang mana masing-masing dari mereka memiliki sistem cincin yang berbeda satu sama lain.
Mengapa planet-planet ini bisa memiliki cincin? Apakah Bumi bisa memiliki cincin, atau apakah Bumi pernah dikelilingi cincin di masa lalu? Selama ini, para astronom telah melihat semua planet di tata surya yang memiliki cincin dan kemudian bekerja mundur untuk mencari tahu bagaimana dan kapan cincin-cincin mereka terbentuk.
Meskipun kita paling akrab dengan cincin Saturnus, asal muasal cincin planet ini justru yang sejauh ini masih merupakan misteri. Para astronom tidak tahu apakah cincin Saturnus berusia setua planet itu sendiri, atau masih relatif baru terbentuk.
Menurut para astronom seperti dilansir UniverseToday.com, cincin Saturnus tampak baru, seperti terbentuk dari es berusia muda. Namun, penampilan kadang menipu. Bukti baru dari wahana antariksa Cassini milik NASA yang kini sudah mati menunjukkan bahwa partikel-partikel di dalam cincin Saturnus itu dinamis, mereka mengalami proses menggumpal, lalu pecah lagi, sehingga membuat es di sana tampak baru.
Cassini mendeteksi akumulasi debu secara bertahap ke dalam sistem cincin Saturnus, yang mengungkap bahwa mereka sudah berusia miliaran tahun. Ini berarti, cincin Saturnus mungkin terbentuk tepat di awal tata surya.
Cincin Jupiter, di sisi lain, memiliki kisah asal yang berbeda. Pengamatan dari wahana antariksa New Horizons milik NASA menemukan bahwa cincin-cincin Jupiter terbuat dari partikel yang meledak ke luar angkasa dari hasil tumbukan mikrometeorit dengan bulan-bulan Jupiter. Kesamaan dengan cincin Saturnus: cincin Jupiter juga bersifat dinamis. Sayangnya, cincin Jupiter sangat redup sehingga sukar diamati.
Di sisi lain, cincin yang mengitari planet Uranus dan Neptunus masih menjadi misteri. Mereka, menurut hipotesis terbaik para astronom, terbuat dari material yang sangat gelap, seperti jelaga, dengan beberapa molekul organik sebagai kandungannya. Kemungkinan cincin kedua planet raksasa es ini terbentuk melalui semacam interaksi antara magnetosfer planet dan lingkungan sekitarnya.
Berbahagialah mereka yang sudah pernah melihat cincin Saturnus secara langsung lewat teleskop.
Mengapa Planet Bisa Memiliki Cincin?
Planet-planet bisa terbentuk dalam berbagai ukuran, komposisi, hingga warna, dan terkadang bahkan ada yang memiliki cincin. Nah, tahukah kamu dari mana asal cincin sebuah planet?
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com