Info Astronomy - Coba perhatikan gambar di atas deh. Kamu bisa melihat nama-nama bintang yang berada di rasi bintang Orion. Beberapa nama mungkin sudah kamu kenal, seperti Betelgeuse ataupun Rigel. Namun, siapa yang memberi nama-nama pada bintang ini ya?
Banyak bintang yang memiliki nama yang kita kenali, seperti Betelgeuse atau Rigel di atas. Namun, banyak juga bintang lainnya yang hanya memiliki nama yang terdiri dari serangkaian angka dan huruf. Perbedaan penamaan ini akan dibahas dalam artikel ini.
Bintang-bintang paling terang di langit malam sudah memiliki nama diri yang diberikan sejak ribuan tahun yang lalu, ketika manusia memulai pengamatan langit dengan mata telanjang. Nama-nama tersebut berasal dari berbagai kebudayaan di dunia, terutama kebudayaan Timur Tengah, Yunani, dan Romawi.
Perkembangan teknologi membuat manusia akhirnya memiliki teleskop. Ketika diamati lewat teleskop, kita rupanya menemukan jauh lebih banyak bintang. Sejak saat itulah para ilmuwan modern mulai secara sistematis memberikan nama-nama bintang dan menyusun katalognya.
Sebagai contoh, Betelgeuse juga dikenal sebagai Alfa Orionis, dan sering muncul di peta langit sebagai α Orionis. α (dibaca "alfa"), adalah abjad Yunani, sementara "Orionis" adalah genitif Latin untuk "Orion". Artinya, Betelgeuse adalah bintang paling terang di rasi bintang tersebut.
Dalam katalog lain, Betelgeuse memiliki nomor katalog HR 2061 (dalam Katalog Yale Bright Star), SAO 113271 (dalam katalog survei Smithsonian Astrophysical Observatory), dan merupakan bagian dari beberapa katalog lainnya. Dari katalog-katalog tersebut, para astronom menjadi lebih terbantu dalam "membukukan" banyak bintang yang berbeda di langit.
Kok Kebanyakan dari Bahasa Yunani, ya?
Tidak juga kok. Sebagian besar bintang terang yang bisa diamati di langit malam dengan mata telanjangg nama-namanya berasal dari campuran istilah Latin, Yunani, dan Arab. Banyak yang memiliki lebih dari satu nama juga karena dinamai oleh beberapa kebudayaan berbeda.
Jadi, sekitar 1.900 tahun yang lalu, astronom Mesir Claudius Ptolemeus (yang lahir dan hidup di masa pemerintahan Romawi Mesir) menulis sebuah karya tulis yang diberi judul Almagest. Karya tulis ini ia buat dengan teks Yunani yang mencatat nama-nama bintang seperti yang dinamai oleh berbagai budaya, yang sebagian besar dari budaya Yunani.
Almagest disebarluaskan, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan digunakan oleh komunitas ilmiah di sana. Pada saat itu, dunia Arab cukup maju dalam bidang akademis, bahkan terkenal karena cukup rajin dalam mencatat hasil penelitian.
Selama berabad-abad setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, dunia Arab pun menjadi pusat penyimpanan pengetahuan astronomi dan matematika di dunia. Hal itu pun membuat terjemahan merekalah yang menjadi populer di kalangan astronom.
Nama-nama bintang yang kita kenal sekarang ini adalah terjemahan fonetik dari nama-namanya dalam Arab ke dalam bahasa Inggris. Misalnya, Betelgeuse (lagi). Dalam budaya Arab, ia dikenal sebagai Yad al-Jauzā ', yang secara kasar bisa diterjemahkan sebagai "tangan (atau bahu) Orion". Biasanya, nama-nama yang mudah diingat ini hanya diberikan ke bintang paling terang di langit.
Nama bintang lain yang berasal dari nama bahasa Arab adalah Aldebaran, bintang paling terang di rasi bintang Taurus. Dalam bahasa Arab, nama bintang ini adalah al Dabarān, yang mana artinya adalah "sang pengikut". Ia dinamai ini karena dianggap mengikuti gugus bintang Pleiades di langit posisinya.
Penamaan Bintang Masa Kini
Seni memberi nama pada bintang telah berhenti, terutama karena semua bintang terang yang bisa diamati di langit malam sudah memiliki nama semua. Kini, jutaan bintang yang lebih redup juga perlu dinamai, tetapi tidak mungkin menamainya dengan nama-nama bebas karena pasti akan menyulitkan untuk menemukannya kembali.
Dengan begitu, dewasa ini, bintang redup hanya diberi nama yang berisi deskripsi numerik untuk menunjukkan posisinya di langit malam, yang mana terkait dengan katalog bintang tertentu. Contohnya adalah PSR J1302-6350. PSR adalah singkatan dari pulsar, huruf “J” menunjukkan sistem koordinat J2000, sedangkan 1302 dan 6350 adalah deklinasi dan asensiorekta bintang, serupa dengan kode lintang dan bujur yang digunakan untuk menentukan lokasi di Bumi.
Meskipun nama-nama bintang masa kini tampak tidak begitu keren, penamaan bintang seperti ini nyatanya sangat berguna karena para astronom jadi bisa lebih mudah menemukan letak bintangnya berdasarkan namanya saja.
Hal itu pun membuat seluruh astronom di dunia setuju untuk menggunakan deskripsi numerik yang sama untuk menghindari kebingungan yang dapat muncul jika satu kelompok astronom menamai bintang dengan nama tertentu dan kelompok lain menamainya dengan nama lain.
Tentang Membeli Nama Bintang
Kamu pasti pernah deh menemukan suatu perusahaan daring atau ada orang yang memposting di media sosial kalau mereka baru saja membeli sebuah bintang untuk dinamai. Memangnya bisa, ya?
International Astronomical Union (IAU) nyatanya adalah satu-satunya lembaga di dunia yang bertanggung jawab dan memiliki hak untuk penamaan bintang-bintang dan benda langit lainnya. Setiap ada bintang baru atau benda langit baru, penamaannya harus melalui persetujuan IAU. Dengan begitu, nama lain yang tidak disetujui oleh IAU bukanlah nama resmi.
Ada banyak perusahaan swasta di luar sana yang memberi iming-iming kalau kita bisa memberikan nama pada sebuah bintang dengan membayar sejumlah uang. Jadi, jika kamu membayar ke mereka, kamu akan diberikan sertifikat untuk bintang yang baru saja kamu namai dengan nama pilihanmu.
Sayangnya, hal itu adalah tidakan ilegal. Nama-nama yang kamu beli itu tidak akan diakui oleh lembaga astronomi mana pun, terutama oleh IAU. Sangat percuma kalau kamu membeli nama pada bintang tetapi tidak diakui oleh dunia akademis internasional.
Jadi, itulah yang menamai bintang-bintang di langit.
Siapa yang Menamai Bintang-bintang di Langit?
Siapa sih yang memberi nama bintang seperti Betelgeuse, Rigel, Altair, dan lain-lainnya itu? Bisakah kita membeli bintang untuk dinamai?
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com