Jarak ke bintang-bintang diukur dalam satuan tahun cahaya. Eits, tahun cahaya ini bukan satuan waktu mentang-mentang ada kata "tahun" di sana ya, melainkan satuan jarak, seperti kilometer atau mil. Jadi, memang benar ketika kamu melihat bintang-bintang di langit malam, kamu sedang melihat cahayanya dari masa lalu, tergantung jarak bintangnya.
Cahaya dikenal sebagai benda tercepat di alam semesta, bergerak dengan kecepatan sekitar 300.000 kilometer per detik, tetapi butuh waktu bertahun-tahun bagi cahaya untuk melintasi jarak yang relatif “kecil” di luar angkasa.
Jarak ke bintang terdekat dari Bumi setelah Matahari misalnya, Proxima Centauri, diketahui mencapai sekitar 4,2 tahun cahaya. Itu artinya, ketika kita melihat bintang ini pada malam hari, kita sedang melihat cahaya yang ia pancarkan 4,2 tahun yang lalu.
Menurut sebuah penelitian, perlu dicatat bahwa hanya ada total sekitar 6.000 bintang yang dapat dilihat dengan mata telanjang dalam kondisi ideal (tidak ada polusi cahaya, cuaca cerah, kondisi gelap gulita, dll). Setiap dari 6.000 bintang ini masih berada di galaksi kita sendiri, Bimasakti, dan tak satu pun dari mereka yang berjarak jutaan tahun cahaya. Mayoritas dari mereka berjarak 1.000 tahun cahaya atau kurang.
Semakin jauh jarak bintang dari Bumi, mereka akan cenderung redup. Hanya Deneb (berjarak sekitar 2.600 tahun cahaya jauhnya) dan Eta Carinae (7.500 tahun cahaya) dua di antara lusinan bintang paling bercahaya yang dapat terlihat dari jarak yang lebih jauh dari bintang lainnya di langit.
Kematian Bintang
Kematian bintang sebenarnya adalah fenomena yang langka dalam sebuah galaksi, karena bintang harus menjalani berbagai fase dalam kehidupannya, dan itu membutuhkan waktu paling cepat 10 miliar tahun.
Bintang mengawali kehidupannya sebagai bintang kerdil, lalu masuk deret utama, membengkak menjadi raksasa merah dan membakar semua elemen di intinya sampai benar-benar habis, sampai akhirnya meledak saat kehabisan bahan bakar.
Hanya satu dari seratus bintang di alam semesta yang dapat benar-benar mati dalam ledakan supernova, sisanya akan melepaskan lapisan luarnya dan menyusut menjadi kerdil putih, fase "mayat bintang" yang dapat berlangsung ratusan miliar tahun.
Berapa Banyak Bintang Mati yang Kita Lihat?
Objek terjauh yang terlihat dengan mata telanjang adalah Galaksi Andromeda, yang berjarak sekitar 2,5 juta tahun cahaya. Dengan kata lain, cahaya dari galaksi tetangga Bimasakti kita ini adalah cahaya yang terpancarkan 2,5 juta tahun yang lalu, ketika versi paling awal spesies kita di Bumi baru saja muncul. Artinya, melihat Galaksi Andromeda sama seperti melihat keadaannya sebelum keberadaan manusia modern hadir di Bumi.
Jika bintang terang, seperti Betelgeuse yang berada di rasi bintang Orion, meledak (yang mana memang akan terjadi suatu hari nanti), kita tidak akan mengetahuinya selama berabad-abad kemudian karena jarak Betelgeuse adalah sekitar 600 tahun cahaya. Meski begitu, Betelgeuse masih butuh miliaran tahun lagi untuk bisa meledak dalam supernova.
Dengan jarak bintang terjauh yang bisa kita lihat "hanya" sampai 7.500 tahun cahaya, itu artinya bintang-bintang lain yang kita lihat adalah kondisi mereka pada sekitar 10 milenium yang lalu, waktu yang "sebentar" jika dibandingkan dengan kala hidup bintang yang paling cepat saja bisa mencapai 10 miliar tahun.
Jika ada satu di antara bintang-bintang terdekat yang teramati dari Bumi ini yang memang sudah mati, generasi kita seharusnya tidak bisa melihat bintang-bintang yang pernah diamati generasi 1 abad sebelum kita karena cahayanya sudah hilang. Faktanya, bintang yang kita lihat masih sama. Astronom di tahun 1820 melihat Betelgeuse di langit, sama seperti kita yang masih melihatnya di tahun 2020.
Jadi, kesimpulannya adalah, tidak benar ketika kita melihat ke langit malam kita sebenarnya sedang melihat bintang-bintang yang sudah mati. Mereka masih hidup dan bercahaya.
Sumber:
- https://www.scienceabc.com/nature/universe/are-dead-stars-visible-in-the-night-sky.html
- https://www.forbes.com/sites/startswithabang/2020/09/07/are-any-stars-visible-in-the-night-sky-already-dead/?sh=62e632447809
- https://www.sciencefocus.com/space/are-many-visible-stars-dead/
Sumber Jurnal:
- Agrawal, P., Hurley, J., Stevenson, S., Szécsi, D., & Flynn, C. (2020). The fates of massive stars: exploring uncertainties in stellar evolution with METISSE. Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, 497(4), 4549-4564.
- Girichidis, P., Offner, S. S., Kritsuk, A. G., Klessen, R. S., Hennebelle, P., Kruijssen, J. M., ... & Padovani, M. (2020). Physical processes in star formation. Space Science Reviews, 216(4), 1-67.