Dilansir Historia.id, rupanya masyarakat Nusantara punya khazanah pengetahuan astronomi yang sangat berlimpah. Pengetahuan tentang astronomi tersebut dimanfaatkan masyarakat kita untuk kebutuhan praktis hidup kesehariannya.
Orang Jawa dan Melayu, misalnya, cukup mahir untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk bercocok tanam dan memanen berdasarkan pengetahuan astronomi. Sementara itu, orang Bugis memanfaatkan astronomi untuk navigasi ketika mereka sedang melaut.
Tidak heran, hal ini membuat orang-orang terdahulu menciptakan istilah-istilah khusus pada benda-benda langit, yang tentu tujuannya agar lebih mudah untuk diingat. Nah, apa saja istilah-istilah tersebut?
Lintang Kartika
Lintang Kartika adalah istilah dalam budaya Jawa untuk gugus bintang Pleiades, atau yang dikatalogkan sebagai M45. Terdiri atas ribuan bintang, tetapi dari Bumi hanya teramati tujuh bintang yang paling terang, yakni Alcyone, Celaeno, Electra, Maia, Merope, Taygeta, dan Sterope.
Di Indonesia, khususnya dalam budaya Jawa, Pleiades dikenal sebagai Lintang Kartika, dua kata yang memiliki makna sama, yaitu "bintang". Penamaan istilah ini menunjukkan adanya pandangan istimewa orang Jawa terhadap gugus bintang ini, yang dianggap menjadi "bintangnya bintang".
Lintang Kartika memegang peranan penting dalam pertanian masyarakat Jawa. Saat letak Lintang Kartika di langit malam sudah mencapai 50° di atas cakrawala, itu menjadi penanda bahwa musim ketujuh atau Mangsa Kapitu dalam kalender pertanian Pranata Mangsa dimulai. Para petani pun bisa langsung mulai memindahkan bibit padi dari lahan pembibitan ke lahan utama mereka.
Lintang Waluku
Selain Lintang Kartika, ada pula Lintang Waluku, yang mana kali ini merupakan istilah untuk rasi bintang Orion, rasi bintang paling mudah dikenali karena memiliki ciri khas tiga bintang berjejernya: Alnilam, Alnitak, dan Mintaka.
Masyarakat Jawa mengenal Lintang Waluku sebagai patokan untuk menandai arah utara-selatan dan timur-barat. Selain itu, bagi para petani, posisi Lintang Waluku yang berada di atas langit pada malam hari menunjukkan bahwa telah datang musim untuk segera mulai menamam benih pertanian di lahan pertanian karena akan segera masuk musim hujan.
Uniknya, bentuk pola Lintang Waluku dalam budaya Indonesia berbeda dengan pola rasi bintang Orion. Lintang Waluku memiliki bentuk mirip alat bajak sawah.
Gubuk Penceng
Rasi bintang yang satu ini mungkin sering kamu amati, tetapi kamu tidak tahu namanya. Dikenal sebagai rasi bintang Crux, dalam budaya Indonesia dikenal sebagai Gubuk Penceng.
Crux memiliki pola salib, tetapi pola Gubuk Penceng sedikit berbeda, yakni seperti layang-layang. Rasi bintang ini berada di langit arah selatan dan bisa dengan mudah diamati. Itulah mengapa rasi bintang ini digunakan oleh para nelayan Jawa tradisional dalam menentukan arah selatan saat melaut.
Lintang Klopo Doyong
Kalau dalam budaya barat rasi bintang ini dianggap memiliki pola mirip kalajengking, sehingga dinamai Skorpius, dalam budaya Indonesia, khususnya Jawa, Skorpius lebih dikenal sebagai Lintang Klopo Doyong, yang mana memiliki makna pohon kelapa yang miring.
Perbedaan dalam melihat pola rasi bintang dalam berbagai budaya di dunia adalah hal yang biasa. Bahkan, setiap budaya memang memiliki pola rasi bintangnya sendiri.
Dalam kalender pertanian Pranata Mangsa, Lintang Klopo Doyong menandakan mangsa kalima atau Manggala, yang artinya menjadi penanda musim hujan akan segera tiba jika rasi bintang ini sudah muncul di langit malam.
Nah, itulah beberapa istilah astronomi dalam budaya Indonesia yang paling dikenal. Adakah istilah astronomi khusus dari daerahmu?