Nah, dalam artikel kali ini, kamu akan segera mengetahui jawabannya!
Ketika komet bergerak mendekati Matahari di tata surya, radiasi ultraviolet dari Matahari dapat menyebabkan gas terionisasi dari permukaan komet, yang pada akhirnya membentuk ekor. Yang menarik, komet tidak hanya memiliki satu ekor.
Komet bisa memiliki dua ekor sekaligus. Menurut Space.com, dua ekor ini bisa terbentuk karena permukaan komet tidak rata, sehingga ionisasi gas oleh radiasi ultraviolet Matahari dapat mendorong keluar debu-debu yang ada di permukaan komet. Jadilah komet punya ekor ion dan ekor debu.
Perhatikan gambar di bawah berikut:
Seperti hampir semua hal dalam sains, komet telah lama dikaitkan dengan tanda-tanda dari Dewa. Pada zaman dulu, komet kadang diartikan sebagai pertanda baik bagi beberapa raja, tetapi kadang juga dianggap pertanda buruk.
Pada tahun 1910, orang-orang di Chicago sempat menutup jendela-jendela rumah mereka sebagai tanggapan atas desas-desus bahwa ekor komet dapat menyuntikkan racun ke atmosfer Bumi. Namun, ilmu pengetahuan yang terus berkembang telah mematahkan desas-desus itu hanya sebagai hoaks belaka.
Kini diketahui, komet adalah benda langit yang sebagian besar terdiri atas es. Ia secara umum dijuluki sebagai "bola salju kotor". Komet "bersalju" karena tersusun dari es, sedangkan "kotor" menunjukkan adanya banyak debu pada komet. Mayoritas komet di tata surya diketahui mengorbit Matahari, tetapi mereka diketahui umumnya menghuni wilayah terjauh di tata surya yang disebut Awan Oort.
Struktur komet dapat dibagi menjadi dua bagian: nukleus dan koma. Nukleus adalah bagian gelap dari komet yang terdiri dari inti berbatu dan memiliki debu, es, dan berbagai macam gas di permukaannya. Gas-gas ini paling sering termasuk karbon monoksida, amonia, karbon dioksida, dan metana. Bagian berkilau yang keluar dari nukleus disebut koma. Kata ini berasal dari bahasa Latin, Comida, yang berarti "berbulu".
Nukleus komet sendiri pernah dipotret dari dekat oleh wahana antariksa Rosetta milik Agensi Antariksa Eropa. Kala itu, Rosetta mendekati komet 67P/Churyumov-Gerasimenko, dan inilah hasil foto terbaiknya terhadap komet 67P:
Setiap kali kamu melihat gambar-gambar komet yang tersebar di internet atau media sosial, kamu pasti melihat adanya ekor. Hal itu terjadi karena semua gambar komet yang kamu lihat dipotret dari Bumi, dan planet kita berjarak cukup dekat dengan matahari. Karena itu, tampaknya Matahari lah yang bertanggung jawab atas munculnya ekor komet.
Ketika sebuah komet, saat mengorbit Matahari, berada di dekat bintang induk kita ini, es di permukaan nukleus komet akan mulai berubah menjadi gas. Jika kamu bertanya-tanya bagaimana es bisa menjadi gas, mari kita lihat contohnya dari pengalaman sehari-hari kita.
Jika sebuah kulkas berhenti bekerja, entah karena rusak atau mati listri, es di dalam kulkas akan berubah menjadi air karena mencair, yang berarti zat padat dapat diubah menjadi cairan. Namun, di permukaan komet, bagaimana es bisa berubah menjadi gas tanpa melalui tahap cair?
Sublimasi
Jawaban sederhana untuk pertanyaan ini adalah sublimasi. Sublimasi adalah wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu melalui pemanasan, maka partikel tesebut akan berubah fase menjadi gas. Sebaliknya, bila suhu gas tersebut diturunkan dengan cara kondensasi, maka gas akan segera berubah menjadi padat.
Dalam kasus komet dengan dua ekor, salah satu ekornya merupakan partikel gas terionisasi yang tersublimasi karena pemanasan dari angin Matahari. Sementara itu ekor lainnya terdiri dari debu yang terlepas dari permukaan komet setelah es terionisasi.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa tekanan ionisasi yang disebabkan oleh angin Matahari lebih kuat pada molekul gas, yang berarti ekor ion akan tampak lebih terang dibanding ekor debu.
Nah, kedua ekor ini hanya akan terbentuk ketika komet mendekati Matahari. Jika mereka berada jauh dari Matahari, di Awan Oort misalnya, sebuah komet tidak memiliki ekor sama sekali. Arah ekornya pun juga berbeda-beda. Ekor ion akan selalu membelakangi Matahari, sementara ekor debu akan membelakangi arah pergerakan komet.
Jadi, itulah mengapa komet bisa memiliki ekor. Matahari lah yang menjadi penyebab utama ekor komet yang selama ini kita lihat baik secara langsung (bagi yang sudah pernah melihat komet) maupun lewat gambar-gambar di internet.