Info Astronomy - Pada 28 April 2021 kemarin, China sukses meluncurkan modul pertama untuk stasiun luar angkasa mereka ke orbit Bumi. Sayangnya, roket yang meluncurkannya malah ikut mencapai orbit, sehingga kini lepas kendali untuk jatuh kembali ke Bumi.
Long March 5B, varian roket terbesar China, berhasil meluncurkan modul Tianhe berbobot 22,5 metrik ton dari Wenchang. Tianhe terpisah dari roket core stage (tahap inti) setelah 492 detik peluncuran, dan setelahnya langsung memasuki orbit yang direncanakan.
Dirancang khusus untuk meluncurkan modul stasiun luar angkasa ke orbit rendah Bumi, roket Long March 5B adalah jenis roket yang menggunakan tahap inti dan empat roket pendorong di sisi-sisinya untuk memudahkannya menempatkan muatan langsung ke orbit rendah Bumi.
Sialnya, kesalahan peluncuran terjadi, roket tahap inti Long March 5B justru ikut masuk ke orbit rendah Bumi, yang mana seharusnya sudah jatuh kembali ke Bumi sebelum masuk ke orbit rendah agar bisa diarahkan pendaratannya kembali ke Bumi (biasanya diarahkan ke lautan). Hal itu pun membuat roket tahap inti tak terkendali. Bahayanya, roket berukuran besar ini berpotensi mendarat di wilayah yang berpenghuni.
Radar berbasis darat yang digunakan oleh militer AS untuk melacak pesawat ruang angkasa dan objek lain di luar angkasa pun turun tangan. Melalui serangkaian pengamatan, mereka berhasil mendeteksi sebuah objek dan mengatalogkannya sebagai badan roket Long March 5B.
Sekarang disebut 2021-035B, roket tahap inti Long March 5B dengan panjang sekitar 30 meter dan lebar 5 meter diketahui sedang berada dalam ketinggian orbit 372 kilometer dan bergerak dengan kecepatan lebih dari 7 kilometer per detik (yang berarti hanya butuh 90 menit untuk sekali mengitari Bumi). Menurut SpaceNews.com, sampah antariksa 2021-035B ini diperkirakan akan jatuh ke Bumi dalam beberapa pekan ke depan.
Sayangnya, di mana dan kapan tepatnya sampah antariksa ini akan mendarat tidak mudah untuk diprediksi. Penurunan orbitnya memang akan meningkat ketika ia memasuki atmosfer Bumi yang lebih padat, tetapi kecepatan proses ini tergantung pada ukuran dan kepadatan objek, serta variabel lain seperti variasi dan fluktuasi atmosfer, yang dipengaruhi oleh aktivitas Matahari dan faktor lainnya.
Salah satu hal penting yang diketahui adalah, kemiringan orbital sampah antariksa ini mencapai sebesar 41,5 derajat, yang berarti ia bisa jatuh pada wilayah yang tidak lebih jauh dari New York, Madrid, dan Beijing di lintang utara dan tidak lebih jauh dari Chile dan Wellington, Selandia Baru, di lintang selatan. Dalam hal ini, Indonesia termasuk lokasi jatuhnya.
Meski begitu, menurut Space.com, kemungkinan seseorang tertimpa seonggok puing sampah antariksa yang jatuh dari luar angkasa adalah satu banding setriliun. Itu bisa terjadi karena lebih dari 70% wilayah Bumi adalah lautan, sehingga masih ada kemungkinan besar kalau sampah antariksa China ini jatuh di wilayah lautan Bumi.
Siapa yang Bertanggung Jawab atas Sampah Antariksa?
Hukum internasional menetapkan kompensasi yang akan berlaku jika terjadi kerusakan di Bumi, maupun ketika ada dua atau lebih satelit yang bertabrakan di luar angkasa.
Konvensi Kewajiban 1972, sebuah perjanjian PBB, memberlakukan tanggung jawab pada "negara peluncur" atas kerusakan yang disebabkan oleh objek luar angkasa mereka jika jatuh kembali ke Bumi dan menyebabkan kerusakan yang merugikan. Dalam kasus Long March 5B, China lah yang akan bertanggung jawab penuh atas sampah antariksanya itu.
Semoga saja bagian roket Long March 5B jatuh di lautan dan kita semua aman, ya!