Info Astronomy - Katanya, Bumi mengalami revolusi terhadap Matahari, tapi kenapa bintang-bintang yang kita lihat di langit selalu sama? Ah, apa iya?
Melihat bintang yang "selalu sama" di langit malam cuma ada satu penyebabnya: Kamu tidak rajin melihat langit malam setiap hari, alias cuma 1-2 malam saja, itu pun cuma 1-2 menitan, tidak semalaman. Padahal, kalau kamu secara aktif melihat pergerakan bintang selama 6 bulan, kamu akan menemukan bahwa bintang yang kamu lihat akan berbeda-beda.
Karena faktanya, bintang-bintang bergerak di langit dalam dua cara.
Saat Bumi melakukan rotasi atau berputar pada porosnya dari barat ke timur, bintang-bintang di langit akan tampak terbit di timur dan terbenam di barat, yang mana proses ini membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Dengan lebar cakrawala timur ke barat yang mencapai 180°, itu artinya bintang-bintang akan tampak bergerak 15° per jam dari timur ke barat.
Ingin membuktikannya? Bisa. Kamu bisa gunakan aplikasi peta langit untuk membantu kamu menemukan 1 bintang dalam sebuah rasi bintang. Atur waktu pengamatan pada awal malam setelah Matahari terbenak. Dalam contoh ini, jam 20.00 malam tanggal 7 Juli 2021 di Jakarta ada rasi bintang Aquila di langit timur, bintang paling terangnya adalah Altair.
Temukan rasi bintang tersebut di langit sungguhan, pastikan kamu menemukan pola rasi bintangnya dan satu bintang paling terangnya. Keesokan harinya, sekita jam 05.00 pagi waktu setempat daerahmu, coba cari lagi bintang dan rasi bintangnya itu di langit, dan kamu pasti akan menemukannya di langit barat karena efek rotasi Bumi.
Sampai di sini, kita sudah ada bukti bahwa bintang yang dilihat di langit malam tidak cuma itu-itu saja, bintang-bintang mengalami terbit dan terbenam di langit sehingga sepanjang malamnya kita bisa melihat bintang yang berbeda-beda.
Posisi terbit dan terbenamnya bintang tidak berubah sepanjang setahun, tetapi waktu kapan bintang terbit dan terbenamnya bisa berubah. Pergerakan ini terjadi karena revolusi Bumi, atau pergerakan Bumi mengitari Matahari.
Jika kamu mengamati bintang di langit dengan cermat, kamu akan melihat bahwa setiap bintang akan terbit (dan terbenam) 4 menit lebih awal per hari. Itu terjadi karena Bumi butuh waktu 23 jam 56 menit 4,0905 detik untuk sekali rotasi, atau yang disebut hari sideris. Sementara ada juga yang disebut hari sinodis, periode yang dibutuhkan Bumi untuk berotasi sekali terhadap Matahari, yaitu 24 jam.
Kira-kira ilustrasinya seperti ini:
Dengan adanya perbedaan antara hari sideris dan hari sinodis ini, jika sebuah bintang terbit pada pukul 20.00 malam hari ini, ia akan terbit 4 menit lebih awal pada esok harinya, yaitu pada jam 19.56. Begitu terus sepanjang tahun, membuat kenampakan bintang-bintang akan berbeda-beda.
Mau membuktikan lagi? Bisa banget.
Masih dengan cara yang sama, cobalah temukan sebuah bintang atau rasi bintang di langit timur pada awal malam, dalam hal ini kami mencontohkan jam 20.00 WIB di langit Jakarta pada 7 Juli 2021. Agar perubahannya kentara, lakukan lagi pengamatan yang sama di jam yang sama pada 6 bulan mendatang. Kamu sudah pasti akan menemukan rasi bintang yang berbeda karena Bumi berevolusi.
Jadi, jawaban mengapa bintang di langit yang terlihat cuma itu-itu saja adalah, kamu yang memang jarang ngamat langit.