Ilustrasi planet K2-18b dan bintang induknya. Kredit: NASA |
Info Astronomy - Data dari Teleskop Antariksa James Webb baru-baru ini menunjukkan bahwa sebuah planet ekstrasurya yang mengitari bintang katai merah di arah rasi bintang Leo memiliki unsur kimiawi yang, di Bumi kita, berkaitan dengan organisme hidup. Ada kehidupan di sana?
Planet yang dimaksud diberi nama K2-18b. Dinamakan demikian karena merupakan planet pertama yang ditemukan mengorbit bintang katai merah K2-18, bintang yang lebih redup dan lebih dingin daripada Matahari. Artinya, untuk mendapatkan tingkat cahaya yang sama seperti yang kita dapatkan di Bumi, jarak planet ke bintangnya harus lebih dekat daripada jarak Bumi ke Matahari kita.
Jarak sistem keplanetan ini kira-kira 124 tahun cahaya jauhnya dari Bumi, yang mana merupakan jarak yang dekat dalam skala astronomis. Sayangnya, seperti apa kondisi planet ekstrasurya ini adalah hal yang sulit diketahui.
Kita memang memiliki teleskop dan teknik yang cukup canggih untuk mengetahui seperti apa bintang induknya, dan seberapa jauh jarak planet ekstrasurya tersebut, tetapi kita tidak dapat mengambil gambar langsung dari planet tersebut.
K2-18b mengorbit lebih dekat ke bintangnya dibandingkan Bumi ke Matahari, jaraknya hanya sekitar 16% dari jarak Bumi ke Matahari. Keluaran cahaya dari bintang K2-18 sendiri adalah sekitar 2,3% dari keluaran cahaya Matahari. Artinya, dengan menggunakan geometri sederhana, diketahui bahwa K2-18b menerima sekitar 1,22 kilowatt (kW) tenaga surya per meter persegi.
Sebagai perbandingan, Bumi menerima 1,36 kW tenaga surya per meter persegi dari Matahari. Jadi meskipun energi yang berasal dari bintang K2-18 lebih sedikit, energi yang diterima planet K2-18b hampir setara Bumi karena jarak planet yang lebih dekat.
Ilustrasi planet K2-18b. Kredit: NASA |
Pada tahun 2019, Teleskop Antariksa Hubble menemukan bahwa planet K2-18b memiliki uap air, yang menunjukkan bahwa ada air cair di permukaannya. Saat ini bahkan diperkirakan terdapat lautan luas di planet ini.
Penemuan Hubble pun menimbulkan gelombang kegembiraan di kalangan para astronom pada saat itu, tetapi sayangnya masih tanpa bukti lebih lanjut.
Dan sekarang, berkat pengamatan Webb, para astronom telah mengidentifikasi adanya karbon dioksida, metana dan dimetil sulfida (DMS) di atmosfer planet K2-18b. Deteksi DMS dianggap merupakan yang paling penting karena senyawa yang satu ini hanya diproduksi di Bumi oleh alga. Dengan kata lain, tidak mungkin DMS dapat diproduksi secara alami tanpa adanya bentuk kehidupan!
Kehidupan di Planet K2-18b
Semua indikasi ini tampaknya menunjukkan bahwa K2-18b menjadi lokasi yang menarik untuk mencari kehidupan asing. Namun, hal ini tidak sesederhana itu, karena kita tidak tahu seberapa akurat hasilnya.
Metode yang digunakan untuk menentukan apa yang ada di atmosfer sebuah planet ekstrasurya sendiri melibatkan cahaya bintang induknya yang menerobos tepian atmosfer planet yang kemudian kita amati spektroskopinya. Senyawa kimia apa pun akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu yang kemudian dapat diidentifikasi.
Komposisi atmosfer K2-18b. Kredit: NASA/ESA/Webb |
Studi atmosfer planet ekstrasurya atau eksoplanet seperti ini adalah salah satu bidang penelitian yang menarik dalam astronomi modern. Penelitian atmosfer eksoplanet adalah salah satu cara para astronom memahami lebih dalam tentang sifat planet di luar tata surya kita dan mungkin menemukan tanda-tanda kehidupan di luar Bumi.
Para astronom menggunakan berbagai teknik untuk memeriksa atmosfer planet ekstrasurya, salah satunya adalah spektroskopi. Spektroskopi adalah metode yang memungkinkan para peneliti untuk memeriksa cahaya yang dipancarkan oleh planet saat melewati atau berinteraksi dengan atmosfernya. Dengan memeriksa cahaya ini, mereka dapat mengidentifikasi komposisi atmosfer, suhu, tekanan, dan bahkan adanya molekul tertentu seperti air, metana, atau karbon dioksida.
Selain itu, para astronom juga menggunakan metode transit untuk mempelajari atmosfer eksoplanet. Ketika sebuah eksoplanet melintasi depan bintangnya saat dilihat dari Bumi, sebagian kecil cahaya bintang tersebut akan melewati atmosfer planet itu. Ini menciptakan tanda tangan cahaya yang dapat dianalisis. Perubahan spektrum cahaya ini selama transit dapat memberikan informasi penting tentang atmosfer planet, seperti kepadatan, komposisi, dan bahkan mungkin keberadaan awan.
Jadi, Kesimpulannya Apa?
Peluang adanya kehidupan di planet ekstrasurya K2-18b bisa dibilang masih rendah, tetapi bukan tidak mungkin. Meski begitu, hasil penelitian ini menunjukkan kemajuan kemampuan kita untuk melihat ke dalam planet yang jauh dari tata surya kita.
Kekuatan Webb sendiri terbukti tidak hanya menghasilkan gambar alam semesta yang luar biasa, tetapi juga menyediakan data yang lebih detail dan akurat tentang benda-benda langit itu sendiri. Mengetahui eksoplanet mana yang menampung air dan mana yang tidak dapat memberikan informasi tentang bagaimana Bumi terbentuk.
Saat ini, kehidupan asing memang belum dikonfirmasi keberadaannya. Namun, di alam semesta yang begitu luas, cukup aneh jika hanya Bumi yang berkehidupan.
Sumber:
- Claringbold, A., Rimmer, P., Rugheimer, S., & Shorttle, O. (2023). Prebiosignature Molecules Can Be Detected in Temperate Exoplanet Atmospheres with JWST. arXiv preprint arXiv:2306.02897.
- Grenfell, J. L. (2023). Habitability and Atmospheric Biosignatures in an Exoplanetary Context. Planetary Systems Now, 155-180.
- Nicholson, L., Hood, C. E., Fortney, J. J., & Yu, X. (2023). Modeling the Transmission and Emission Spectra of K2-18b: Determining the Surfaces of Exoplanets with Hydrogen Dominated Atmospheres. Research Notes of the AAS, 7(5), 87.
- Madhusudhan, N., Sarkar, S., Constantinou, S., Holmberg, M., Piette, A., & Moses, J. I. (2023). Carbon-bearing Molecules in a Possible Hycean Atmosphere. arXiv preprint arXiv:2309.05566.