Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Definisi Planet Dianggap Problematik, Saatnya Pluto Jadi Planet Lagi?

Definisi "planet" yang ditetapkan pada tahun 2006 dianggap problematik. Haruskah Pluto dianggap sebagai planet lagi?
Planet katai Pluto. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL

InfoAstronomy - Kamu kah orangnya yang masih menganggap bahwa Pluto hilang dari tata surya? Tidak, Pluto tidak hilang. Pada tahun 2006, International Astronomical Union (IAU) mendefinisikan ulang apa itu "planet". Hasilnya, Pluto tidak lagi memenuhi kriteria sehingga diturunkan statusnya menjadi "planet katai".

Sejak saat itu, definisi baru "planet" dianggap problematik, karena memang terkadang masih menimbulkan masalah di kalangan para astronom. Jadi, apakah sudah waktunya untuk mendefinisikan ulang apa itu "planet" dan mengembalikan status Pluto? 

Kata "planet" sendiri sebenarnya tidak pernah memiliki definisi resmi, bahkan berubah-ubah. Bagi pengamat langit dari Yunani kuno, planet adalah "bintang yang bergerak (di langit)", sehingga Matahari dan Bulan dianggap termasuk sebagai "planet".

Kemudian dengan adanya revolusi Nicolaus Copernicus, definisi "planet" sempat berubah lagi: Bumi dianggap sebagai planet, Bulan diturunkan statusnya menjadi satelit, dan Matahari naik pangkat menjadi bintang.

Definisi ala Copernicus ini berlangsung selama lebih dari 200 tahun, hingga William Herschel menemukan Uranus dan Giuseppe Piazzi menemukan Ceres, objek terbesar di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter.

Awalnya, baik Uranus maupun Ceres diklasifikasikan sebagai planet. Tapi, ketika ditemukan jutaan objek lain yang berbagi orbit yang sama dengan Ceres, para astronom pun berpikir ulang. Herschel mengusulkan istilah "asteroid" untuk objek-objek kecil di antara Mars dan Jupiter, sedangkan Uranus tetap menjadi planet.

Ceres. Kredit: NASA/JPL-Caltech

Para astronom akhirnya setuju dan mulai merasa nyaman dengan definisi-definisi tersebut bahkan ketika Clyde Tombaugh menemukan Pluto pada tahun 1930, yang pada saat itu Pluto langsung dianggap sebagai planet.

Namun, planet baru yang satu ini ternyata diketahui memiliki orbit yang sangat miring dibandingkan planet-planet lainnya, bahkan sampai memotong orbit Neptunus. Hal itu lantas membuat para astronom tidak butuh waktu lama untuk bertanya-tanya apakah mereka harus mulai meninjau kembali bagaimana objek-objek di tata surya didefinisikan atau diklasifikasikan.

Perdebatan Definisi Planet

Memasuki tahun 1990-an, para astronom mulai menemukan lebih banyak objek yang memiliki orbit serupa dengan Pluto. Dan gongnya terjadi pada tahun 2005, ketika astronom Mike Brown menemukan Eris, sebuah objek yang ukurannya hampir sama dengan Pluto dan mengorbit Matahari jauh di luar orbit Neptunus.

Kemudian, pada tahun 2006, ketika para astronom berkumpul pada pertemuan IAU di Praha, sebuah kontingen besar astronom meminta lembaga tersebut mendefinisikan ulang apa itu "planet". Ada dua kubu: ahli geofisika yang berpendapat bahwa planet seharusnya didefinisikan dari kenampakannya, dan ahli dinamika planet yang meyakini bahwa planet seharusnya didefinisikan dari karakteristiknya.

Pada intinya, para ahli geofisika berpendapat bahwa sebuah planet haruslah sesuatu yang cukup besar sehingga gravitasinya sendiri menariknya ke dalam bentuk yang hampir bulat. Para ahli dinamika planet membantah bahwa sebuah planet adalah sesuatu yang bisa mendominasi dan sebagian besar orbitnya bersih dari puing-puing.

Pendapat dari para ahli geofisika ini memungkinkan Pluto, bersama Ceres dan semua teman orbit Pluto, untuk tetap menjadi planet. Namun, pendapat dari ahli dinamika planet akan menendang Pluto, Eris, dan kawan-kawan dari definisi planet.

Pada akhirnya, IAU menerima kedua pendapat tadi untuk menjadi definisi baru "planet", yang berarti bahwa secara efektif, para ahli dinamika planet yang menang. Pluto memang cukup masif untuk bisa berbentuk bulat, akan tetapi ia tidak cukup masif untuk mendominasi orbitnya dari objek-objek kecil lainnya. Alhasil, Pluto turun status.

Planet katai Pluto. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL

Problematik

Ketok palu definisi baru "planet" dilakukan, tetapi tidak semua astronom setuju dengan definisi baru ini, dan ada banyak argumen tandingan yang muncul. Salah satunya, definisi "hampir bulat" dan "mendominasi orbitnya" dianggap rancu dan tidak terlalu jelas.

Namun, para pendukung definisi baru ini berpendapat bahwa semua planet yang didefinisikan, dari Merkurius hingga Neptunus, sangat bulat, sementara sebagian besar objek yang dianggap bukan planet jelas tidak bulat.

Dalam hal membersihkan atau mendominasi orbit, Mars lebih dari 5.000 kali lebih masif daripada objek terbesar berikutnya di orbitnya. Sebaliknya, Pluto hanya mampu membersihkan sekitar 7% dari seluruh massa di orbitnya. Jadi, ada perbedaan yang jelas dan besar di antara kedua jenis objek ini.

Kebingungan terbesar pun muncul lagi pada subjenis planet-planet yang bukan planet. Jadi, jika sebuah objek cukup besar untuk membuat dirinya bulat tapi belum mampu mendominasi orbitnya, seperti Pluto atau Ceres, maka objek tersebut disebut "planet katai". Para astronom sering menggunakan istilah “katai” untuk menyebut versi yang lebih kecil dari jenis objek yang sama, seperti misalnya bintang katai dan galaksi katai.

Nah, bintang katai tetaplah bintang dan galaksi katai tetaplah galaksi, hanya saja ukurannya lebih kecil. Namun, tidak demikian halnya dengan planet katai, mereka langsung dianggap sama sekali bukan planet. Tidak adil?

Ada lagi, jika sebuah objek terlalu kecil untuk bisa berbentuk bulat, objek tersebut akan diklasifikasikan sebagai "objek kecil tata surya". Asteroid tidak secara resmi didefinisikan seperti itu, tetapi para astronom umumnya menggunakan kata tersebut untuk merujuk pada objek kecil tata surya yang berada di bagian dalam tata surya. Komet termasuk.

Lalu ada "planet minor", yang mencakup planet katai dan semua objek kecil tata surya yang bukan komet. Dan jangan lupakan plutoid, planet katai yang letaknya di luar orbit Pluto, serta dan objek trans-Neptunus, yang mencakup plutoid dan objek-objek kecil tata surya lainnya yang mengorbit di luar Neptunus.

Pusing? Banyak Astronom Juga Pusing

Memang definisi baru planet ini problematik, tetapi kembali lagi hal ini pada dasarnya adalah upaya untuk mencocokkan sifat rumit dari pengetahuan kita tentang tata surya. Kita hidup dalam sistem yang aktif dan dinamis, di mana berbagai jenis objek berinteraksi dan saling memengaruhi. Kita kesulitan untuk membuat definisi yang jelas karena alam semesta sendiri menolak untuk diatur dengan rapi.

Untuk saat ini, kita mungkin harus tetap menggunakan definisi yang disetujui, meskipun tidak sempurna. Ketika kelak para astronom membuat penemuan baru dan mendapatkan pemahaman baru, mungkin saja para astronom dapat memperbarui definisi-definisi ini dan, mudah-mudahan, membuat semuanya lebih sederhana.

Sumber & Referensi:
  • de Sousa, R. R., Morbidelli, A., Gomes, R., Neto, E. V., Izidoro, A., & Alves, A. A. (2022). Dynamical origin of the dwarf planet Ceres. Icarus, 379, 114933.
  • Dick, S. J., & Dick, S. J. (2020). Pluto, discovery, and classification in astronomy. Space, Time, and Aliens: Collected Works on Cosmos and Culture, 505-519.
  • Durand-Manterola, H. J. (2005, December). A Definition of Planet. In AGU Fall Meeting Abstracts (Vol. 2005, pp. P11A-0100).
  • Falkner, D. E. (2020). Dwarf Planets and Asteroids. In The Mythology of the Night Sky (pp. 245-267). Springer, Cham.
  • Rayman, M. D. (2022). Dawn at Ceres: The first exploration of the first dwarf planet discovered. Acta Astronautica, 194, 334-352.
  • Soter, S. (2006). What is a Planet?. The Astronomical Journal, 132(6), 2513.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.