Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Inilah Nasib Rasi Bintang Jika Bintangnya Supernova

Pernah membayangkan seperti apa nasib rasi bintang jika salah satu bintangnya meledak dalam supernova? Akankah polanya berubah?
Rasi bintang Taurus. Kredit: Vito Technology

InfoAstronomy - Rasi bintang, pola imajiner yang terbentuk dari kumpulan bintang-bintang terang, telah menjadi pemandu manusia sejak zaman kuno, membantu dalam navigasi, kalender, dan bahkan dalam cerita-cerita mitologi.

Namun, apa yang terjadi jika salah satu bintang dalam rasi bintang mengalami ledakan supernova? Fenomena dahsyat ini tidak hanya akan mengubah langit malam, tetapi juga menawarkan wawasan mendalam tentang alam semesta.

Mengenal Rasi Bintang

Sejak zaman kuno, rasi bintang telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia. Mereka bukan hanya titik-titik cahaya di langit, tetapi juga cerita, panduan navigasi, dan penanda waktu. Rasi bintang, atau dikenal dalam bahasa Inggris sebagai "constellation", berasal dari Latin yang berarti "bersama-sama" atau "berkumpul".

Namun, menariknya, setiap bintang dalam satu rasi bintang yang sama bisa tidak saling berhubungan sama sekali, bahkan jarak antarbintang dalam satu rasi bintang bisa sangat berjauhan. Misalnya, rasi bintang Orion:

Jarak bintang-bintang dalam rasi bintang Orion. Kredit: Wikimedia Commons

Bintang-bintang pada rasi bintang Orion menjadi bagian dari rasi bintang ini hanya karena mereka tampak berdekatan dalam pandangan dari Bumi. Tapi sebenarnya, jarak antara satu bintang dengan bintang lainnya sangat berjauhan.

Kenapa bisa seperti itu? Hal ini ada hubungannya dengan kebudayaan kuno pada masa lalu. Suku-suku kuno seperti Mesopotamian, Babylonia, dan Mesir telah mengamati dan merangkai pola bintang sejak sekitar 3000 SM. Mereka merangkai rasi bintang untuk tujuan agrikultur dan navigasi, serta untuk menentukan waktu tanam dan panen.

Supernova: Ledakan Bintang

Bayangkan sebuah malam yang cerah, dan tiba-tiba, salah satu bintang dalam rasi bintang favorit kamu mulai berkilau lebih terang dari biasanya, jauh melebihi cahaya bintang-bintang lainnya. Ini adalah tanda awal dari supernova, sebuah fenomena astronomis yang terjadi ketika bintang besar mencapai akhir dari siklus hidupnya.

Ada dua jenis utama supernova, yaitu supernova Tipe Ia, di mana sebuah bintang katai putih dalam sistem biner mendadak meledak karena mendapatkan massa dari bintang pendampingnya, dan supernova Tipe II, di mana inti sebuah bintang masif runtuh karena gravitasinya sendiri, mengakibatkan ledakan dahsyat yang bisa terlihat jelas dari Bumi.

Supernova Tipe Ia
Supernova Tipe I terjadi dalam sistem biner, di mana salah satu bintangnya adalah bintang katai putih (white dwarf). Bintang jenis ini adalah sisa dari bintang yang telah menghabiskan bahan bakarnya untuk fusi hidrogen dan helium.

Seperti ini kira-kira mekanisme terjadinya supernova Tipe Ia:
  • Akresi Massa: Dalam sistem biner, bintang katai putih bisa berada dekat dengan bintang pendampingnya yang bisa berupa bintang deret utama (seperti Matahari) atau raksasa merah (seperti Antares). Bintang katai putih dapat mengakresi (menarik) massa dari bintang pendampingnya melalui gaya gravitasinya yang lebih kuat atau melalui transfer massa melalui angin bintang.
  • Batas Chandrasekhar: Ketika massa katai putih mendekati atau melebihi apa yang dikenal sebagai batas Chandrasekhar (sekitar 1,4 kali massa Matahari), tekanan degenerasi elektron tidak lagi mampu menahan gravitasi. 
  • Ledakan Termonuklir: Ini menyebabkan sang katai putih kolaps dengan cepat, yang kemudian mengakibatkan ledakan termonuklir yang sangat dahsyat. Ledakan ini mengubah seluruh bintang katai putih menjadi plasma panas dan energi yang luar biasa, menghasilkan cahaya yang sangat terang. Inilah supernova Tipe Ia.
Supernova Tipe I memiliki ciri khas di mana mereka tidak menunjukkan garis-garis hidrogen dalam spektrum cahayanya, karena bintang katai putih telah kehilangan lapisan luar hidrogennya sebelum ledakan. Mereka juga memiliki kurva cahaya yang sangat konsisten, yang membuatnya sangat berguna untuk mengukur jarak di alam semesta.

Supernova Tipe II
Berbeda dengan supernova Tipe Ia di mana bintang katai putih yang mengalami ledakan, supernova Tipe II adalah ledakan bintang-bintang raksasa dengan massa lebih dari 8 kali massa Matahari.

Seperti ini kira-kira proses terjadinya supernova Tipe II:

  • Fusi Inti: Selama hidupnya, bintang bermassa di atas 8 kali massa Matahari ini akan melalui serangkaian fusi nuklir, mulai dari hidrogen, helium, karbon, dan terus hingga ke unsur-unsur lebih berat seperti besi dalam intinya.
  • Kolaps Inti: Ketika inti bintang mulai mengandung besi saja, reaksi fusi tidak lagi menghasilkan energi tetapi malah memakan energi. Tanpa tekanan radiasi yang cukup untuk menahan gravitasi, inti bintang mulai runtuh dengan cepat.
  • Rekombinasi Neutron: Inti bintang runtuh menjadi bintang neutron atau, dalam kasus bintang sangat masif di atas 20 kali massa Matahari, menjadi lubang hitam. Ini menyebabkan peningkatan dramatis dalam tekanan dan temperatur, yang kemudian memantul kembali dari inti yang sangat padat.
  • Ledakan: Pantulan ini membawa sebagian besar lapisan luar bintang yang meledak ke luar dengan kecepatan luar biasa, menciptakan supernova yang dikenal sebagai Tipe II. 

Supernova Tipe II menunjukkan garis-garis hidrogen dalam spektrum cahayanya karena mereka melibatkan bintang yang masih memiliki hidrogen di lapisan luar. Selain itu, kurva cahaya mereka lebih bervariasi dibandingkan dengan Tipe Ia, tergantung pada massa bintang, komposisi, dan mekanisme ledakan.

Dampak Visual Supernova pada Rasi Bintang

Ketika supernova terjadi, baik Tipe Ia atau II, kecerahan bintang yang meledak bisa meningkat secara drastis, kadang-kadang mencapai cahaya yang lebih terang daripada seluruh galaksi. Ini akan mengubah penampilan rasi bintang tersebut di langit malam secara sementara.

Bayangkan rasi bintang Orion; jika Betelgeuse, sebuah kandidat potensial untuk supernova, meledak, itu akan mengubah segalanya. Pola rasi bintang Orion yang kita kenal akan berubah, mungkin membuat "pedang" Orion terlihat lebih seperti "pedang bercahaya" karena kecerahan ekstra dari Betelgeuse.

Rasi bintang Orion. Kredit: Science Image Library

Setelah ledakan, sisa-sisa supernova bisa membentuk objek baru di langit: nebula sisa-sisa supernova yang indah, bintang neutron, atau bahkan lubang hitam. Jika sisa-sisa ini terlihat dari Bumi, mereka bisa mengubah rasi bintang tersebut secara permanen, memberikan karakteristik baru yang mungkin tidak lagi sesuai dengan cerita atau mitologi aslinya.

Evolusi Jangka Panjang

Rasi bintang kelak tidak lagi sama ketika salah satu bintangnya supernova. Pola visual yang telah familiar bagi manusia selama berabad-abad akan berubah.

Meskipun rasi bintang sebagai konsep dan nama-nama mereka mungkin tetap dikenal, penampilan aktual di langit malam akan berbeda. Sisa-sisa supernova bisa menjadi pemandangan baru di langit, mungkin membuat para pengamat langit masa depan membuat cerita baru atau menafsirkan cerita lama dengan cara yang berbeda.

Supernova dalam rasi bintang bukan hanya peristiwa astronomi yang menakjubkan tetapi juga sebuah perubahan kosmik yang mendalam. Ini menunjukkan bagaimana alam semesta kita dinamis dan selalu berubah, menciptakan dan menghancurkan, membentuk dan mempengaruhi segala sesuatu dari elemen dasar hidup hingga pola bintang yang kita gunakan untuk memahami tempat kita di alam semesta.

Sumber & Referensi:
  • De Jaeger, T., Stahl, B. E., Zheng, W., Filippenko, A. V., Riess, A. G., & Galbany, L. (2020). A measurement of the Hubble constant from Type II supernovae. Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, 496(3), 3402-3411.
  • Liu, Z. W., Röpke, F. K., & Han, Z. (2023). Type Ia Supernova Explosions in Binary Systems: A Review. Research in Astronomy and Astrophysics, 23(8), 082001.
  • Orlandi, F., Graux, D., & O’Sullivan, D. (2020, May). How many stars do you see in this constellation?. In European Semantic Web Conference (pp. 175-180). Cham: Springer International Publishing.
  • Pollin, J., Sim, S., Pakmor, R., Callan, F., Collins, C., Shingles, L., ... & Srivastav, S. (2024). On the fate of the secondary white dwarf in double-degenerate double-detonation Type Ia supernovae–II. 3D synthetic observables. Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, 533(3), 3036-3052.
  • Wheeler, J. C., & Chatzopoulos, E. (2023). Betelgeuse: a review. Astronomy & Geophysics, 64(3), 3-11.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.