Akses artikel Premium dengan Astronomi+, mulai berlangganan.

Saran pencarian

Bisakah Gas pada Planet Jupiter Dipakai Menjadi Gas LPG?

Gas LPG langka di Indonesia belakangan ini. Muncul pertanyaan, bisakah kita pakai gas di planet Jupiter aja biar tidak langka lagi?
Ilustrasi. Kredit: InfoAstronomy.org

InfoAstronomy - Gas di planet Jupiter selalu memicu imajinasi banyak orang, terutama ketika muncul pertanyaan apakah gas yang melimpah di sana bisa diolah menjadi bahan bakar yang kita gunakan di Bumi, seperti LPG untuk memasak. Namun, ketika ditelaah secara mendalam, terdapat perbedaan mendasar dalam komposisi dan tantangan teknis yang membuat ide tersebut tidak realistis.

Planet Jupiter adalah planet gas raksasa yang atmosfernya sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium. Kedua unsur ini sangat berbeda dengan hidrokarbon yang terdapat dalam LPG. LPG, atau Liquefied Petroleum Gas, umumnya terdiri dari campuran propana dan butana.

Hidrokarbon inilah yang memungkinkan LPG untuk dikondensasi menjadi cair pada tekanan dan suhu tertentu sehingga mudah disimpan dan didistribusikan untuk keperluan rumah tangga. Selain itu, zat seperti etil merkaptan ditambahkan ke dalam LPG untuk memberikan bau khas yang berfungsi sebagai detektor kebocoran.

Di sisi lain, gas di Jupiter hampir seluruhnya merupakan hidrogen dan helium. Hidrogen memang dapat terbakar jika dicampur dengan oksigen, tetapi pembakarannya menghasilkan air dan memerlukan kondisi penyimpanan serta penanganan yang berbeda. Helium, karena sifatnya yang inert, tidak terbakar sama sekali dan tidak berguna sebagai bahan bakar.

Ilustrasi komposisi Jupiter. Kredit: Sky Headlines / Medium

Perbedaan komposisi inilah yang menjadi hambatan utama dalam mengkonversi gas Jupiter menjadi LPG. Untuk mengubah hidrogen dan helium menjadi hidrokarbon seperti propana dan butana, dibutuhkan reaksi kimia yang sangat kompleks. Proses ini memerlukan katalisator khusus, kondisi tekanan dan suhu yang tepat, serta energi dalam jumlah besar.

Di Bumi, industri petrokimia telah mengembangkan teknologi untuk mengolah minyak bumi dan gas alam menjadi berbagai produk, termasuk LPG, melalui proses ekstraksi dan pemurnian yang efisien. Namun, menerapkan proses serupa pada gas yang berasal dari Jupiter akan memerlukan teknologi yang jauh lebih canggih dan biaya yang sangat tinggi, sehingga tidak sebanding dengan manfaat yang mungkin diperoleh.

Selain perbedaan komposisi, tantangan teknis dalam mengekstrak gas dari Jupiter jauh lebih besar. Jupiter tidak memiliki permukaan padat, melainkan terdiri dari lapisan-lapisan atmosfer dengan tekanan dan suhu yang ekstrem. Kondisi ini tidak hanya membuat proses ekstraksi gas menjadi sangat sulit, tetapi juga mempersulit transportasi gas tersebut kembali ke Bumi.

Misi luar angkasa seperti Galileo dan Juno telah mengumpulkan data tentang atmosfer Jupiter, namun upaya untuk mengambil gas secara langsung dari planet ini masih jauh dari kenyataan. Jarak yang sangat jauh antara Bumi dan Jupiter menambah kompleksitas dalam hal pengambilan, penyimpanan, dan pengiriman gas, sehingga biaya dan risiko yang terlibat menjadi sangat tinggi.

Aspek keamanan juga menjadi pertimbangan penting. Hidrogen, meskipun berpotensi sebagai bahan bakar, memiliki sifat yang sangat mudah terbakar dan rentan terhadap ledakan jika tidak ditangani dengan benar. Pengolahan serta penyimpanan hidrogen memerlukan infrastruktur khusus, seperti tangki bertekanan tinggi atau sistem pendinginan yang canggih.

Dibandingkan dengan LPG, yang telah melalui berbagai standar keselamatan dan regulasi ketat, penggunaan hidrogen dalam skala besar sebagai pengganti LPG di rumah tangga menimbulkan risiko yang serius. Helium, yang juga melimpah di Jupiter, tidak dapat terbakar sama sekali sehingga tidak dapat menggantikan fungsi LPG sebagai bahan bakar.

Planet Jupiter. Kredit: NASA/ESA, Hubble

Jika ditinjau dari kemungkinan mengubah gas Jupiter menjadi LPG, proses yang diperlukan pun sangat kompleks. Mengkonversi hidrogen dan helium menjadi hidrokarbon seperti propana dan butana tidaklah sederhana dan memerlukan reaksi kimia rumit yang biasanya dilakukan di lingkungan industri dengan pengawasan yang ketat.

Kondisi lingkungan ekstrem di Jupiter juga menambah lapisan kesulitan, mengingat kita belum memiliki teknologi yang mampu beroperasi dengan aman di sana. Semua tantangan ini menunjukkan bahwa, walaupun secara teoretis mungkin ada cara untuk mengolah gas Jupiter, secara praktis dan ekonomis usaha tersebut tidaklah layak.

Dalam konteks penggunaan energi di Bumi, LPG yang dihasilkan dari minyak bumi dan gas alam telah terbukti praktis dan efisien. Infrastruktur yang mendukung ekstraksi, pemrosesan, dan distribusi LPG telah ada selama bertahun-tahun, sehingga penggunaan bahan bakar ini menjadi aman dan mudah diakses oleh masyarakat.

Sementara itu, upaya untuk mengambil gas dari Jupiter dan mengolahnya menjadi LPG tidak hanya menghadapi hambatan teknis dan biaya tinggi, tetapi juga menghadirkan risiko keamanan yang signifikan. Investasi besar dalam misi ekstraksi antarplanet sepertinya tidak sebanding dengan potensi manfaat yang dapat diperoleh jika dibandingkan dengan sumber energi yang telah tersedia di Bumi.

Eksplorasi ruang angkasa, khususnya penelitian tentang atmosfer Jupiter, tentu memberikan wawasan mendalam tentang pembentukan planet dan dinamika alam semesta. Data yang dikumpulkan dari misi-misi seperti Juno membantu para ilmuwan memahami proses-proses fisika dan kimia di planet-planet raksasa. Namun, tujuan utama penelitian tersebut adalah untuk memperluas pengetahuan kita, bukan untuk mencari alternatif bahan bakar praktis bagi kehidupan sehari-hari.

Memandang tantangan energi global, lebih bijaksana untuk fokus pada pengembangan sumber daya yang ada di Bumi, seperti energi terbarukan—tenaga surya, angin, dan pengembangan teknologi hidrogen yang aman. Upaya inovasi dalam bidang energi harus mengutamakan solusi yang dapat diterapkan dengan infrastruktur yang sudah ada dan berpotensi mengurangi dampak lingkungan.

Dengan demikian, meskipun ide menggunakan gas Jupiter untuk diolah menjadi LPG menarik dari segi imajinasi, realitas ilmiah dan teknologi saat ini menegaskan bahwa LPG yang kita gunakan, yang berasal dari minyak bumi dan gas alam, tetap merupakan pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga.

Sumber & Referensi:
  • Helled, R., Stevenson, D. J., Lunine, J. I., Bolton, S. J., Nettelmann, N., Atreya, S., ... & Hubbard, W. B. (2022). Revelations on Jupiter's formation, evolution and interior: Challenges from Juno results. Icarus, 378, 114937.
  • Hilman, R. (2024). Mengetahui Lebih Lanjut Terkait LPG sebagai Bahan Bakar Rumah Tangga. Solarindustri.
  • Mousis, O., Lunine, J. I., & Aguichine, A. (2021). The nature and composition of Jupiter’s building blocks derived from the water abundance measurements by the Juno spacecraft. The Astrophysical journal letters, 918(2), L23.
  • Rensen, F., Miguel, Y., Zilinskas, M., Louca, A., Woitke, P., Helling, C., & Herbort, O. (2023). The deep atmospheric composition of Jupiter from thermochemical calculations based on Galileo and Juno data. Remote Sensing, 15(3), 841.
  • Stevenson, D. J., Bodenheimer, P., Lissauer, J. J., & D’Angelo, G. (2022). Mixing of condensable constituents with H–He during the formation and evolution of Jupiter. The Planetary Science Journal, 3(4), 74.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.