![]() |
Bisakah kamu melihat Komet C/2025 F2 pada gambar ini? Ya, kometnya sudah hancur, cuma tampak redup di tengah gambar. Kredit: Andrey Nikolenko |
InfoAstronomy - Komet C/2025 F2 (SWAN), yang awalnya membawa harapan besar bagi para astronom amatir dan pengamat langit dengan potensinya muncul terang dengan kilau hijaunya yang memukau, ternyata menemui akhir yang mengecewakan.
Berasal dari Awan Oort, cangkang es jauh yang mengelilingi tata surya, komet ini pertama kali ditemukan pada akhir Maret 2025 oleh tiga astronom amatir—Vladimir Bezugly, Michael Mattiazzo, dan Rob Matson—melalui analisis gambar dari kamera Solar Wind Anisotropies (SWAN) di wahana antariksa SOHO milik NASA dan ESA. Kini, komet SWAN tinggal kenangan.
Dengan ekornya yang panjang dan berwarna hijau cerah akibat pemecahan karbon diatomik di bawah sinar Matahari, komet ini sempat digadang-gadang muncul terang pada awal Mei 2025. Namun, laporan terbaru mengungkapkan bahwa komet ini kemungkinan besar hancur setelah mendekati Matahari, menghancurkan peluang untuk penampakan langka tersebut.
Menurut laporan EarthSky, komet SWAN tidak mampu bertahan dari panas dan gaya gravitasi Matahari saat melintas dekat pada perjalanan menuju perihelionnya. Astrofisikawan Karl Battams dari U.S. Naval Research Laboratory menyatakan bahwa komet ini kemungkinan pecah akibat tekanan termal dan gaya pasang surut, meninggalkan “tumpukan puing berdebu” yang kini memudar dengan cepat.
Menurut laporan EarthSky, komet SWAN tidak mampu bertahan dari panas dan gaya gravitasi Matahari saat melintas dekat pada perjalanan menuju perihelionnya. Astrofisikawan Karl Battams dari U.S. Naval Research Laboratory menyatakan bahwa komet ini kemungkinan pecah akibat tekanan termal dan gaya pasang surut, meninggalkan “tumpukan puing berdebu” yang kini memudar dengan cepat.
Gambar terbaru dari 22 April 2025, seperti yang diambil oleh Gianluca Masi dari Virtual Telescope Project, menunjukkan bahwa komet ini kehilangan inti yang jelas dan ekornya, tanda-tanda disintegrasi yang jelas.
![]() |
Komet C/2025 F2 (SWAN) yang sudah hancur dipotret Gianluca Masi. Kredit: Gianluca Masi, VirtualTelescope |
Awalnya, para astronom memperkirakan komet ini bisa mencapai magnitudo 3,6 hingga 5 saat perihelion, cukup terang untuk dilihat dengan binokular atau bahkan mata telanjang di langit gelap. Kecerahan ini akan membuatnya tampak menonjol di rasi bintang Taurus, dekat gugus Pleiades, menambah pesona langit Indonesia yang sedang gelap-gelapnya.
Namun, setelah ledakan aktivitas pada awal April—mungkin akibat “letusan kriovulkanik” yang sempat membuatnya lebih terang—komet ini mulai memudar. Hal ini menjadi indikasi bahwa Komet C/2025 F2 (SWAN) sudah hancur.
Komet, yang terbuat dari es, batu, dan debu—sisa-sisa pembentukan tata surya—memang sering kali rapuh, terutama saat pertama kali mendekati Matahari. SWAN, yang mengorbit Matahari setiap 1,4 juta tahun, kemungkinan besar baru pertama kali masuk ke wilayah dalam tata surya, membuatnya rentan.
Komet, yang terbuat dari es, batu, dan debu—sisa-sisa pembentukan tata surya—memang sering kali rapuh, terutama saat pertama kali mendekati Matahari. SWAN, yang mengorbit Matahari setiap 1,4 juta tahun, kemungkinan besar baru pertama kali masuk ke wilayah dalam tata surya, membuatnya rentan.
Nasibnya mirip dengan komet lain seperti ATLAS (C/2020 F3) yang juga hancur sebelum mencapai potensinya, berbeda dengan komet sukses seperti NEOWISE (2020) atau Hale-Bopp (1997).
Meski kini memudar, sisa-sisa debu SWAN masih bisa dilihat dengan binokular besar (60-70mm) atau teleskop kecil hingga awal Mei. Kalau kamu masih penasaran, cobalah amati cakrawala timur laut sekitar satu jam sebelum fajar, di rasi bintang Andromeda, dengan ketinggian sekitar 5-10 derajat.
Kegagalan SWAN jadi pengingat bahwa komet itu tak bisa diprediksi. Meski ada harapan tipis ia bisa bertahan, peluangnya kecil. Bagi pengamat langit, ini tetap momen berharga untuk menyaksikan pengembara kosmik yang hanya muncul sekali dalam jutaan tahun, meski hanya sebagai awan debu yang memudar.
Meski kini memudar, sisa-sisa debu SWAN masih bisa dilihat dengan binokular besar (60-70mm) atau teleskop kecil hingga awal Mei. Kalau kamu masih penasaran, cobalah amati cakrawala timur laut sekitar satu jam sebelum fajar, di rasi bintang Andromeda, dengan ketinggian sekitar 5-10 derajat.
Kegagalan SWAN jadi pengingat bahwa komet itu tak bisa diprediksi. Meski ada harapan tipis ia bisa bertahan, peluangnya kecil. Bagi pengamat langit, ini tetap momen berharga untuk menyaksikan pengembara kosmik yang hanya muncul sekali dalam jutaan tahun, meski hanya sebagai awan debu yang memudar.
Selamat jalan, Komet SWAN.
Sumber & Referensi:
- Amazous, A. (2025). Once-Promising Green Comet Breaks Apart Before Earthbound Viewers Could See It. Daily Galaxy.
- Irizarry, M. (2025). Is the new Comet SWAN disintegrating? Latest updates here. EarthSky.
- Masi, G. (2025). Comet C/2025 F2 SWAN: a new image – 22 Apr. 2025. Virtual Telescope.
- Ramakrishnan, A. (2025). A green comet likely is breaking apart and won't be visible to the naked eye. Phys.